Lihat ke Halaman Asli

Rini Wulandari

TERVERIFIKASI

belajar, mengajar, menulis

Tips Atasi Fake Productivity, Pengalaman Ala Guru yang Bisa Dicermati

Diperbarui: 16 Mei 2024   18:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilsutrasi guru yang pusing dan stres akibat fake productivity. (Sumber: UNSPLASH/ELISA VENTUR via kompas.com)

Pemandangan tumpukan tugas guru atau PR siswa di atas meja guru adalah pemandangan yang biasa di sekolah. Meskipun dibalik itu, sebenarnya juga ada masalah. Apakah para guru memang tak punya waktu, atau mengerjakan banyak tugas lain tapi seolah tak pernah ada habisnya.

Padahal setiap hari selalu ada waktu luang yang tersedia. Entah saat istirahat siang atau saat jam menunggu absen pulang. 

Bahkan ada kala tugas siswa atau tugas lain terpaksa di bawa pulang, berharap bisa dituntaskan saat santai di malam hari. Tapi tetap saja rencananya kedodoran. Apalagi setelah lelah bekerja seharian!

Apakah artinya para guru memang lelah? atau sebenarnya ada pola yang kontraproduktif, kebiasaan yang salah dilakukan oleh para guru?

Bisa jadi para guru memang terjebak dalam situasi dan kondisi yang dipahami sebagai fake productivity--produktivitas palsu. Para guru terlihat sibuk, tapi tak menyadari kesibukannya itu tak membuat pekerjaannya habis. Atau terlihat produktif, padahal tidak! Bagaimana bisa?

Fake Productivity bukan hanya menimpa para pekerja kantoran, tetapi juga profesi guru. Dalam lingkungan pendidikan, tekanan untuk terlihat produktif bisa menjadi beban tambahan bagi para pendidik, mempengaruhi kualitas pembelajarannya bersama siswa.

Apa jalan keluarnya? Para guru mungkin bisa memulainya dengan fokus pada cara-cara konkret, mengidentifikasi dan mengatasi fake productivity itu. Termasuk tahu dampaknya agar tak terjebak produktivitas palsu.

Ibarat penyakit, virus--fake productivity juga banyak menjangkiti para guru. Bukan tidak mungkin sumbernya adalah rutinitas yang membuat bosan. Setiap hari berinteraksi dengan siswa, dengan materi yang berulang dan ditimpali masalah siswa, membuat guru merasa jenuh, meskipun itulah konsekuensi sebagai seorang pendidik.

Dalam banyak jenis profesi yang punya rutinitas tinggi, faktor kebosanan bisa memicu fake productivity--Merasa bekerja tapi pekerjaan tak pernah tuntas sepenuhnya.

Apa saja gejala fake productivity di kalangan guru?

Salah fokus. Bisa jadi para guru di sekolah, selama ini memang salah fokus, banyak menekankan pada banyaknya jumlah pekerjaan daripada mutu. Para guru terlihat sibuk menyelesaikan banyak tugas, tapi hasilnya tidak sesuai standar yang diharapkan. Bisa jadi ini akibat kurang perencanaan yang matang.

Saya juga pernah terjebak dalam situasi dan kondisi ini ketika ada beberapa pekerjaan yang harus dilakukan secara simultan. Akibatnya pekerjaan tak selesai-selesai, sekalipun membawanya ke rumah agar semuanya bisa tuntas. Termasuk pekerjaan berhubungan dengan ekskul!

Beberapa guru mungkin lebih terpaku pada aspek pencitraan kegiatan daripada substansi sebenarnya dari pekerjaan yang dilakukan.

Bagaimana mereka agar terlihat atau dipandang oleh orang lain daripada inti atau substansi dari pekerjaan mereka. Ini bukan sesuatu yang tidak biasa. Ada guru yang lebih peduli membangun kesan, mereka sibuk dan produktif.

Guru terperangkap dalam kesibukan atau aktivitas yang terlihat produktif secara eksternal, namun sebenarnya tidak secara substansial menghasilkan dampak yang diharapkan dalam proses pendidikan siswa

Misalnya, seorang guru mungkin lebih memperhatikan bagaimana menyusun presentasi atau merancang aktivitas yang terlihat menarik secara visual, daripada benar-benar memperhatikan konten atau materi pelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline