Hari hari ramadan tinggal dalamhitungan jari. Jika orang sudah sejak lama kasak kusuk kapan harus mudik, saya justru masih menikmati hari-hari libur sekolah yang sudah dimulai full sejak tanggal 28 Maret 2024 kemarin. "Nggak mudik bu", tanya tetangga saya yang tinggal di propinsi lain. Biasanya saya jawab," nanti kampus kosong nggak ada yang jaga", jawab saya berseloroh.
Agaknya mudik baru benar-benar dirasakan oleh para penduduk atau pekerja yang berada di Pulau Jawa, sementara di daerah lain mungkin tak seheboh di Pulau yang satu itu.
Saya tak bisa membayangkan bagaimana mudik yang sebenarnya, meskipun saya juga "mudik" atau pulang kampung alias wo gampong biasa kami menyebutnya, tapi karena tak heboh seperti yang sering kita saksikan di televisi, mungkin saya cuma kategori "pemudik semu".
Hebohnya mudik untuk tahun ini saja menurut proyeksi oleh Kementerian Perhubungan, jumlahnya diperkirakan akan mencapai sekitar 196 juta atau 71,7 persen dari total penduduk, jumlah yang jelas lebih banyak dari tahun sebelumnya.
Penduduk sebanyak 196 juta akan memadati seluruh jalan-jalan dan transport laut dan udara di Indonesia dalam hari-hari menjelang hari raya.
Pemandangan di terminal bus terbesar di Batoh yang pernah saya saksikan langsung cuma berisi deretan bus-bus ukuran jumbo yang seluruh penumpangnya dengan santai dan masih bisa melenggang memasuki setiap bus. Itupun masih bisa bercipika cipiki dulu saat bus mau berangkat tanpa keburu waktu.
Begitu juga di pelabuhan, yang membedakannya dari hari biasa cuma deretan kendaraan yang jauh lebih banyak dan antrian menunggu kapal merapat yang terlihat ramai, tapi saat masuk mereka masih bisa antrian manis.
Apalagi di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda, masih bisa bersantai membeli kopi pesanan sebelum check in dan boarding. Masih sempat ngobrol santai di ruang tunggu yang penuh tapi tak sesak.
Fenomena Mudik Cuma Milik Indonesia?
Ada yang bilang fenomena dan budaya mudik cuma heboh di Indonesia. Karena karena mayoritas jumlah penduduknya yang beragama Islam, banyak pekerja urban yang bekerja di kota atau propinsi atau pulau lain.