Entah mengapa film tentang kiamat selalu menitipkan pesan mendalam buat saya sebagai penonton film atau bisokop yang memang tidak maniak, sekedar hiburan.
Meski sudah tahu hiburan pun masih tetap saja tergambar kengeriannya. Entahlah bagi yang mengalaminya nanti, tapi pengalaman tsunami belasan tahun lalu, rasanya sudah seperti kiamat betulan.
Saya melihat bahkan para adik-adik polisi yang biasanya garang, saat itu bertangisan saat bisa selamat dari markas tempatnya tinggal yang digulung ombak raksasa itu. Tak terbayang jika kiamat lain yang lebih dahsyat. Untunglah cuma di film.
Ada yang bilang film yang satu ini diilhami oleh sekte pemuja kiamat yang katanya berkeyakinan pada 2012 akan terjadi kiamat. Meskipun tidak dijelaskan detailnya, kiamat Sugra (kiamat kecil) atau kiamat Kubra (kiamat besar--pertanda berakhirnya dunia).
Kiamat Sugra adalah peristiwa kecil yang terjadi sebelum Kiamat Kubra. Peristiwa ini tidak menyebabkan akhir dunia secara keseluruhan, namun bisa menghasilkan bencana seperti gempa bumi atau tanah longsor. Sedangkan, Kiamat Kubra adalah peristiwa besar yang merupakan akhir dari dunia ini.
Inilah yang tergambar dan digambarkan oleh sutradara Roland Emmerich selama 128 menit dalam film Kiamat 2012 (2009) itu yang mengambil ide dari ramalan suku Maya tentang kiamat yang terjadi pada 12.12.12 atau 12 Desember 2012.
Serentetan fenomena seperti gelombang tinggi, angin topan mulai terjadi. Sebagai penonton saat diajak melihat peristiwa "kiamat" itu terasa begitu mendebarkan dan meyakinkan.
Terutama dukungan para pemain yang tengah berada di Tibet. Dalam bayangan kita Tibet adalah bagian dari Pegunungan tertinggi di dunia, namun jika Tibet saja dihantam badai banjir besar apalagi dengan kota-kota lebih rendah dibawahnya--hingga digambarkan New York yang hancur lebur.
Namun jauh sebelumnya, film The Day After Tomorrow (2004) ada film lain yang juga menarik perhatian saya yaitu film garapan Roland Emmerich yang kerap disebut-sebut sebagai salah satu film tentang kiamat terbaik sepanjang masa. Pasalnya, dalam durasi film 124 menit, penonton akan diajak melihat kengerian bencana yang terjadi di bumi ini.
Filmnya mengisahkan Jack Hall (Dennis Quaid) merupakan seorang ahli paleoklimatologi atau pakar yang mempelajari teori iklim. Bersama dengan kedua rekannya, yakni Frank (Jay O. Sanders) dan Jason (Dash Mihok), mereka melakukan ekspedisi di kutub utara, Antartika.
Mereka awalnya akan melakukan pengeboran mengambil sampel inti es di Larsen Ice Shelf. Namun Jack menyadari terjadinya retak dalam luasan es kutub utara tersebut yang membelah memanjang menjadi dua bagian.
Belum sempat usaha mereka menciptakan prakiraan cuaca hingga upaya menghentikan prediksi pembekuan global tersebut. Beberapa wilayah di Bumi mulai terdampak bencana yang aneh.
Seperti Jepang yang dilanda hujan es ukuran softball, salju mulai turun di New Delhi, dan Los Angeles yang diterjang serangan angin tornado.