Lihat ke Halaman Asli

Rini Wulandari

TERVERIFIKASI

belajar, mengajar, menulis

Haruskah Kita Marah Saat Anak Kecanduan Gadget Selama Puasa?

Diperbarui: 3 April 2024   01:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi anak main gadget selama puasa sumber gambar picsart grid.id

catatan: artikel ini awalnya ikutan ramadhan ke 20, tapi karena double dengan artikel FOMO, jadi tiga artikel muncul bersamaan akhirnya saya hapus satu, tapi ternyata dua artikel tinggal dengan isi yang sama-akhirnya saya buat jadi dua artikel baru dengan isi beda ;), semoga bermanfaat meskipun berdekatan topiknya--selamat membaca.

Begitu masuk ramadan intensitas anak bergaul dengan gadget ternyata justru meningkat pesat. Apalagi selama ramadan banyak waktu luangnya. 

Sebagian sekolah bahkan meliburkan para muridnya agar bisa fokus puasa. Sementara sekolah lain membuat Pesantren Kilat atau sejenisnya, sebagai pengganti masa belajar di hari biasa. Meskipun hanya berlangsung selama 15 hari.

Kondisi ini menimbulkan masalah yang dilematis bagi para orang tua, terutama yang berharap anak-anaknya bisa lebih fokus ibadah saat ramadan. Tapi sebagian anak justru menjadikan alasan berpuasa sebagai alasan dan meminta prasyarat agar akses ke gadgetnya menjadi lebih besar. Bahkan disertai ancaman tak mau "belajar puasa"..

Ilustrasi anak bermain gadget selama ramadan sumber gambar zurich.co.id

Meskipun orang tua memahami situasinya namun juga didera oleh perasaan yang sulit untuk menolaknya. Sehingga tak aneh ketika sedang bertarawih pun saya melihat ada anak kecil asyik bermain gadget di samping ibunya yang sedang mendengarkan ceramah menunggu shalat tarawih.

Solusi Masalah dan Masalah Baru

Bagi sebagian orang tua  gadget memang telah menjadi solusi untuk mengatasi berbagai masalah, meskipun kadang-kadang bisa memancing bahaya jika tak diawasi dengan ketat karena ada penjahat yang mengintai dan memanfaatkan situasi tersebut.

Seorang anak teman saya mengalami speech delay, gara-gara lebih akrab dengan gadgetnya daripada berkomunikasi langsung. Akibatnya saat anak-anak seusianya sudah lancara berbicara, ia justru mengalami kesulitan berkomunikasi.

Dan pada akhirnya membutuhkan sekolah khusus terapi wicara. Anehnya saat berinteraksi dengan hape ia dapat mendengar dengan baik dan dapat mengikuti lagu yang muncul dari hape, namun saat berkomunikasi untuk menjawab pertanyaan sederhana seperti, "siapa namanya?", ia kebingungan.

Namun begitu ia tetap mendapat porsi menggunakan hape meskipun kini di batasi. Pada kasus tertentu solusi yang ditawarkan para orang tua agar anak tidak rewel atau bermasalah seperti mengamuk atau tantrum justru membawa dampak lain yang tidak diduga atau tidak kita sadari.

Termasuk kebiasaan berinteraksi dengan orang lain.

Namun dalam realitasnya gadget tetaplah menjadi cara termudah untuk mengatasi anak bermasalah. Di ruang publik menjadi pemandangan yang umum anak-anak bermain gadget, sementara orang tuanya mengobrol atau mengerjakan pekerjaan lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline