Sejak di pintu masuk Mall sudah terpampang segala macam atribut tawaran promo, belum lagu begitu masuk ke dalam. Masing-masing brand bahkan sudah promo sendiri-sendiri sebagai daya tariknya.
Para product marketer yang bertanggung jawab untuk menyusun dan menjalankan strategi promosi agar penjualan meningkat, tentu terus bergerilya memakai trik khusus untuk memancing para pembelanja.
Yang paling umum selama musim belanja ramadan dan menjelang hari raya adalah memakai trik berbelanja dengan pola akumulasi belanja yang nantinya "berbuah" diskon tambahan untuk produk tertentu yang ditandai dengan label warna.
Beberapa mal memasang tanda menggunakan warna. Misalnya semua produk yang dipasangi lebel berwarna biru berarti diskon, maka para pembelanja bukan lagi berbelanja berdasarkan kebutuhan tapi justru mencari produk berlabel biru untuk mendapatkan promo khusus itu.
Meski mendapat diskon, itu artinya kita di pancing belanja lagi. Konsumen akan untung jika memang masih berniat belanja yang dibutuhkan, lain halnya jika sekedar memanfaatkan diskon belaka.
Nah, disatu sisi memang konsumen diuntungkan dengan adanya diskon, tapi disebaliknya, sebagai pembeli kita bisa menjadi kalap saat berbelanja. Akhirnya kita menjadi Impulsive Buying?.
Impulsive buying adalah istilah bahasa Inggris yang berarti belanja impulsif. Dengan kata lain, impulsive buying adalah keinginan seseorang untuk membeli suatu produk dalam jumlah banyak secara tiba-tiba tanpa melalui pertimbangan dan proses berpikir panjang.
Kita membeli barang bukan berdasarkan kebutuhan tapi karena keinginan. Memang tak semua pembelanja bertindak seperti itu. Para ibu yang cerdas, tetap berpatron pada prinsip frugal living--pola hidup hemat.
Jika harus mencari harga promo pada label tertentu pun disesuaikan dengan barang-barang yang menjadi kebutuhan utama.
Namun sayangnya para product marketer tentu ditugaskan untuk meng-optimalkan penjualan produk tertentu agar dibeli. Artinya sasaran produk yang dipromosikan, bisa jadi bukan hanya produk primer, tapi justru produk sekunder bahkan tersier, terutama jenis barang yang kurang mendapat respon konsumen. Atau produk atau merek baru yang belum dikenal.
Inilah sebenarnya yang harus diwaspadai oleh para konsumen saat berbelanja untuk keperluan ramadan maupun nanti untuk persiapan menyambut lebaran.
Promo Produk Debutan UMKM
Hal yang menarik perhatian saya adalah bahwa selama musim belanja promo ramadan, dan jelang hari raya bermunculan produk pakaian atau out fit yang diproduksi oleh para pegiat bisnis Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Di label atau banner yang memajang produk baru atau merek yang sedang diperkenalkan dari para UMKM tak hanya memasang harga dan merek, namun juga menjelaskan bahwa produk tersebut adalah hasil dari kreatifitas para pebisnis UMKM.