Lihat ke Halaman Asli

Rini Wulandari

TERVERIFIKASI

belajar, mengajar, menulis

Mak Meugang, Tradisi Ramadan Warisan Sultan, Dari Daging Turun Ke Hati

Diperbarui: 21 Maret 2024   10:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari meugang atau makmeugang yang riuh di pasar sumber gambar leughol.com

Ternyata tradisi Meugang atau Mak Meugang bukan tradisi sembarangan di Aceh kala Ramadan. Bagi para menantu baru (yang laki-laki) mengantarkan daging atau masakan menu daging menjelang puasa Ramadhan menjadi pertanda, apakah ia seorang yang peduli dengan keluarga "Mak Tuannya atau Besannya". 

Bahkan jika kantong sedang cekak, menurut kebiasaan yang berlaku tetap saja diusahakan dengan banyak cara, yang penting ada bawaan yang bisa dijadikan bahan antaran untuk keluarga istri.

Begitu juga bagi para suami, menjadi sebuah tradisi yang tak bisa ditinggalkan. Jika tidak membelinya sendiri, maka ia bisa menemani istrinya berbelanja saat pagi hari usai Subuh.

Mengapa harus pagi?, biasanya para pedagang membuka lapak dadakannya sehari sebelum H-3 ramadhan. Bentuknya seperti sebuah gubuk di tengah sawah dengan palang besar di bagian tengahnya sebagai alat untuk menggantung daging sapi atau kerbau hasil sembelihan untuk dijual.

Di hari H Makmeugang para pedagang telah menyiapkan lapaknya sejak malam hari, dilanjutkan dengan pemotongan ternak dan pagi sekali usai Subuh mereka telah stand by.

Bagi para ibu "pemburu daging meugang", daging sapinya selain masih segar juga masih lengkap.  Bagi yang mau masak semur, tentu ia akan memilih daging Sampil (chuck).

Jenis daging ini biasanya diolah menjadi bakso, semur, atau sup. Bagian daging sapi ini bisanya dipotong menjadi beberapa jenis potongan. Umumnya potongan daging sapi pada bagian sampil atau chuck ini dinamai dengan top blade, ranch steak, dan shoulder steak.

Ilustrasi suasana saat hari meugang di aceh sumber gambar antara foto

Ada bagian has dalam atau tenderloin (untuk steak), has luar, sirloin (untuk steak), buntut, oxtail (ini paling diburu para ibu untuk bahan sop yang lembut), gandik atau topside (untuk yang suka masak rendang), iga sapi atau rib (juga untuk steak), tanjung , rump (untuk yang suka -sate), perut sapi, flank  (untuk soto babat yang aduhai enaknya), brisket atau sandung lamur (tetalan yang mantap), sengkel atau shank (untuk gulai), sampil atau chuck (punuk untuk sop).

Dengan berbagai jenis "kelengkapan" bahan olahan dari sapi untuk menu tertentu, tentu saja harus diburu langsung di jam pertama. Jika terlambat hanya akan tinggal sisa atau harus berada di antrian belakang dari kerumunan.

Sajiannya bukan hanya daging sapi atau kerbau, namun juga dilengkapi berbagai jenis hidangan tradisional lain. Manok Masam Keueng, sejenis masakan berbahan ayam dengan kuah yang sedikit pedas, Sie Rebuh-masakah berupa daging yang direbus dan diberi kuah rempah kental, Sie-Daging Masak Aceh.

Dan uniknya, hampir setiap tahun para ibu atau pasangan baru (yang baru belajar pedul dengan Meugang) sudah punya kenalan penjual daging sehingga bisa via telepon untuk membantu disiapkan pesanannya.

Semua makin mudah, bisa di bayar online (bayar dimuka, sekalian sebagai tanda serisu dan tanda tak bisa mengelaknya si tukang daging--kan udah bayar duluan!).

Tradisi Meugang atau Mak Meugang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline