The Girl Who Saved The King of Sweden sebenarnya novel fiksi karya Jonas Jonasson. Buku ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 2013 dan merupakan novel kedua dari sang penulis, setelah keberhasilannya pada novel pertama yang berjudul The Hundred-Year-Old Man Who Climbed Out the Window and Disappeard.
Menurutku kisah ini menarik jadi aku ingin bagikan dengan banyak orang. Aku juga pikir hidup ini memang tak cuma berisi drama, tapi juga humor yang bisa menertawakan diri sendiri, bukan orang lain.
Setelah beranjak besar, Nombeko sanggup mengosongkan lebih banyak tong tinja setiap harinya, dan upahnya cukup untuk membeli barang-barang selain tiner (yang biasanya ditenggak ibunya). Namun, gadis kecil itu sadar bahwa keadaan seperti itu tidak bisa dibiarkan berlangsung terus, lalu dia berkata kepadan ibunya untuk memilih salah satu di antara pilihan-pilihan ini: berhenti mabuk, atau mati. Ibunya mengangguk paham.
Dan pemakaman ibunya pun lantas ramai didatangi orang keesokan harinya. (ibunya Nombeko memilih jalan yang salah!).
Berkali-kali aku tertawa sendiri, ketika menyelami karya Jonas Jonasson ini--The girl who saved the king of Sweden. Aku malah berpikir, hidup memang serius tapi juga tetap harus dinikmati dengan santai.
Namanya Nombeko Mayeki, lahir di Soweto, pekerjaan penguras jamban. Tapi apa yang membedakan Nombeko dengan ribuan laki-laki dan perempuan lain d negaranya?. Ia perempuan cerdas dan cerdik. Dan di dunia ketika hidup menjadi nafsi-nafsi, dua kemampuan itu diperlukan.
Jika tak bisa mengalahkan orang dengan fisik, setidaknya bisa meruntuhkan moral buruk penyerangnya. Itulah yang dilakukan Nombeko ketika seseorang hendak bertindak asusila.
Ketika akhirnya Nombeko bertemu dengan pelaku tindak asusila, si pria itu bertanya. Ini petikan dialog konyolnya seperti yang ada di dalam novel satir tersebut."Mau apa kau?" kata pria itu. "Sepertinya guntingku ketinggalan dipahamu kemarin, Paman, dan sekarang aku ingin meminta kembali gunting itu." ujar Nombeko santai. "Dan ternyata guntingnya sudah dibuang si pelaku.
Lantas Nombeko bilang, "Kalau begitu kau berutang gunting kepadaku. "Ajari aku membaca!", jika tidak aku membawa gunting lain, tapi aku ingin menyimpannya jika Paman mau bekerjasama. Selama Paman bisa mengendalikan diri dan mau mengajariku membaca--paha nomor dua akan tetap sehat walafiat."
Itu dialog kedua yang satir dan cerdas. Begitu juga ketika diledek dan membalas dengan kejutan dari seorang manajer laki-laki yang baru. "Jadi, berapa sembilan puluh lima dikali sembilan puluh dua, " gumam bosnya. "Mana kalkulator".
Tapi Nombeko cukup melihat spintas dan langsung menjawab Rp.8740, tanpa kalkulator. Sementara manajer baru lupa menutup mulutnya, karena terpana kecerdasan Nombeko.
Lawan Kejahatan dengan Kecerdasan Seorang Perempuan
Seharusnya seorang perempuan harus cerdas, sekalipun ia akan menjadi penguasa domestik rumah tangga pun ia tetap harus cerdas, tahu bagaimana mengatasi masalah yang dihadapinya. Termasuk jika ia sendirian, atau seorang single parent!.
Meski kehadirannya pada awalnya hanya menjadi anomali dari probabilitas kemujuran bisa bertemu Raja Swedia, dengan perbandingan (1: 45.766.212.810), tapi Nombeko tetaplah Nombeko cerdas sekalipun buta huruf.
Bahwa kondisi kemiskinan, tekanan keluarga semestinya tak bisa dijadikan alasan kita gagal mencapai sebuah visi (impian), tujuan, cita-cita sebelum mencobanya.
Bertemu dengan Raja Swedia dan bisa menyelamatkan dunia dari ledakan nuklir, hanyalah sebuah anomali hidup yang bisa menimpa siapa saja, tapi bukan berarti hidup kita selalu dilengkapi dengan keberuntungan (lucky), jadi berusaha dahulu tetap menjadi cara dan jalan utama.
Akan lebih baik jika kita memilih menggunakan kecerdasan daripada sekedar berharap pada keberuntungan semata.