Lihat ke Halaman Asli

Rini Wulandari

TERVERIFIKASI

belajar, mengajar, menulis

Mengaku Cawapres "Melek Lingkungan", Nafsu Kuat Tenaga Kurang!

Diperbarui: 3 Maret 2024   08:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kerusakan lingkungan yang parah sumber gambar mongabaya readers

Setelah  melihat hasil debat kemarin, saya tak tertarik untuk ikut-ikutan membahas soal gimmick dan soal recehan serta singkatan dalam konteks sebagai konten kampanye.

Menurut saya, kita justru harus mengkritisi soal solusi mengatasi masalah lingkungan. Para cawapres sudah menyampaikan gagasannya menurut versinya masing-masing.

Pemikiran Cak Imin

Cak Imin, lebih berkonsentrasi pada solusi mendasar soal "etika lingkungan" yang ujungnya pada "tobat ekologis". Tobat ekologis atau pertobatan ekologis (ecological conversion) sebenarnya konsep yang dipopulerkan Paus Fransiskus melalui Ensiklik Laudato si' bertanggal 24 Mei 2015. 

Dalam ensiklik itu Sri Paus menyoroti pemanasan global dan menyerukan "aksi global" untuk menyelamatkan lingkungan. Pada poin ke-217 Ensiklik Laudato si', Paus Fransiskus menyerukan "tobat ekologis" sebagai pertobatan pribadi di tengah kondisi krisis ekologis. 

Menurut saya dua hal yang disampaikan Cak Imin ini menarik. Mengapa?. Karena persoalan laten lingkungan kita sebenarnya bersumber pada dua hal tersebut.

hutan yang dirusak manusia sumber gambar grid kids-grid ID

Suasana debat keempat cawapres sumber gambar kompas.id

Bukan pada bagaimana mengatasi banjir, seberapa besar dana penanggulangan bencana yang harus disiapkan negara untuk tanggap darurat bencananya saja yang krusial kita cermati. Tapi justru selama ini kita melupakan kebijakan yang menjadi akar solusinya.

Ketika kita memperlakukan lingkungan dengan etika yang baik, menjalankan Analisis Dampak Lingkungan (Andal) dan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) sesuai dengan prosedur dan nilai-nilai lingkungan yang ideal, maka lingkungan terjamin kelestariannya.

Tapi jika etika lingkungan hanya dijadikan jargon, atau semboyan untuk kelestarian maka wajar jika lingkungan di dunia nyata rusak atau dirusak oleh oknum yang tidak menjaga lingkungan dengan etika. Merusak, membuka lahan tanpa ijin, melakukan konsesi, alih fungsi lahan, merebut tanah ulayat masyarakat adat dan sebagainya.

Artinya dengan melakukan tobat ekologis sebagai salah satu langkah mengembangkan tindakan umat dalam mengatasi masalah-masalah duniawi sebagai persembahan kepada tuhan kata Sri Paus, kita bisa menjamin lingkungan tetap baik-baik saja.

Pemikiran Prof Mahfud

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline