Lihat ke Halaman Asli

Rini Wulandari

TERVERIFIKASI

belajar, mengajar, menulis

Tawuran dan Remaja Nakal, Salah Siapa?

Diperbarui: 2 Februari 2024   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi remaja naik angkot berbahaya sumber gambar Grid.oto

Sebuah video yang sempat viral belakangan menunjukkan beberapa pelajar yang sedang tawuran menyerang sebuah angkot, karena salah seorang pelaku tawuran masuk dan di kejar pelaku lainnya. Selain berbahaya melukai penumpang lain dan juga si pelaku tawuran, aksi tersebut juga merusak angkot.

Peristiwa itu semakin menambah kegusaran kita sebagai orang tua dan masyarakat. Siapa yang salah dan berperan besar membuat para remaja bertindak kasar atau anarkis. Benarkah pendidikan kita di sekolah sudah menjadi sebuah formalitas belaka. Dan tak bisa membantu "membangun" moralitas para remaja kita?.

Peristiwa lain kali ini terjadi di daerah, pada Minggu 21 Januari 2024, masuk sebuah notifikasi dari seorang teman di WhatApps. Sekelompok remaja bertindak anarkis disebuah kafe, 7 orang menjadi korban, sebagian besar mahasiswa. Meskipun ini "kasus" dan "pelakunya oknum" namun patut menjadi keprihatinan kita.

Tentu para orang tua merasa shock, apalagi kebiasaan berkumpul di malam hari bagi para remaja dan anak kuliahan di kampus dianggap sebagai hal yang umum saat ini.

Lebih-lebih di kampus, dimana mahasiswa memanfaatkan waktu malam hari selain untuk nugas secara daring.

Mengapa banyak remaja menggunakan kafe sebagai tempat kumpul atau kongkow, tentu saja bukan persoalan apakah orang tua permisif atau tidak. Mereka harus menjaga dirinya sendiri, menjadi dewasa dan belajar memahami realitas.

Terkait dengan kasus kekerasan di kafe, apakah ini ada kaitannya dengan fenomena munculnya kelompok remaja yang membuat grup teman kongkow di jalanan?.

Apa dugaan yang mungkin melatarbelakangi para remaja melakukan kekerasan tersebut?.

Input sumber gambar merdeka .com

Pertama; Menjamurnya Kelompok Remaja Ber-Sepeda Motor

Fenomena yang muncul sebenarnya bukan geng motor yang berandalan, tapi lebih diperuntukkan untuk sekedar menunjukkan eksistensi kelompok remaja biasa. Trend-nya dengan memakai identitas kelompok berupa jacket berlogo lebih sebagai penanda eksistensi,  namun hal itu bisa menjadi stimulan pancingan terjadinya gesekan.

Fenomena ini meskipun awalnya hanya kongkow biasa, tapi pada akhirnya menjadi bentuk keprihatinan karena bisa menjadi  "bom waktu" yang mudah disulut gesekan.

Apalagi kekerasan yang melibatkan kelompok biasanya didasari rasa solidaritas hubungan pertemanan dimana anggota kelompok harus membela kepentingan kelompoknya.

Kerawanan sering muncul ketika para remaja berkelompok. Dalam kelompok kecenderungan para remaja menjadi "lebih berani", bahkan bisa menstimulasi mereka melakukan tindak kekerasan bersama, seperti kasus serangan di kafe malam minggu lalu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline