Lihat ke Halaman Asli

Rini Wulandari

TERVERIFIKASI

belajar, mengajar, menulis

Menikah Bukan "Maybe Mei", Lakukan 3 Langkah Ini Biar Tak Panik

Diperbarui: 13 Januari 2024   23:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mnikah. (Dok Shutterstock via Kompas.com)

Ketika mendengar kabar sahabat atau teman kita menikah, ternyata ada yang ikut gembira, tapi ada yang sedih bahkan panik, sampai tak berani menghadiri resepsi karena khawatir di tanya ini itu, terutama "kapan menikah, kapan menyusul?"

Apa urusannya? Ini kan masalah pribadi, ranah privat. Barangkali ada yang akan menjawab ketus begitu, meski dalam hati.

Meskipun sebenarnya pertanyaan itu bagian dari rasa empati orang lain terhadap kita. Tapi kok terasa "menyentuh" dan menyakitkan karena meskipun ada yang ingin sekali cepat menikah tapi ternyata belum ada yang pas di hati.

Ilustrasi Sahabat yang menikah sumber gambar bridestory

Atau masih trauma melihat temannya menikah tapi bubar di tengah jalan. Atau ada yang lebih ekstrim lagi, takut punya anak, khawatir dapat fenomena baby blues.

Teman saya pernah bilang dengan penuh semangat, "saya mau menikah ah bulan depan, tapi masalahnya aku nggak tahu mau menikah sama siapa", katanya. Dasar!, itu tandanya cuma mau menikah tapi belum siap menikah.

Ilustrasi pasangan yang menikah sumber gambar republika online

Ada bedanya, siap menikah dan yang hanya ingin menikah. 

Bagi banyak orang, terutama mereka yang sudah memasuki usia dewasa, menikah adalah salah satu hal yang paling diimpikan. Pernikahan dinilai akan menjadi momen yang paling membahagiakan dalam hidup, tentu jika dilakukan pada waktu dan dengan orang yang tepat. 

Menjadi sepasang suami istri bukan hanya sekadar melengkapi atau mengikuti standar kehidupan, apalagi hanya ingin menikah untuk mengikuti desakan sekitar.

Pertimbangan secara agama, karena menikah adalah sunnah, namun juga jangan tergiur untuk menikah muda hanya karena banyaknya kerabat atau teman yang melakukannya. 

Diri sendiri adalah ukurannya, jika niatnya sudah bulat maka menikahlah dengan orang yang tepat. Banyak orang menikah karena ketakutan atau persaingan di lingkungan sekitar. Takut dibilang terlambat, takut kita didahului orang lain, akibatnya, banyak pernikahan yang tak bertahan lama atau mudah kandas. 

Bagi mereka yang punya genk persahabatan, mungkin menikah akan menjadi problem yang "mengguncang", meskipun saat mereka sedang kumpul dan kompak berjanji, akan menikah pada waktu yang telah disepakati, pada akhirnya juga sangat tergantung problem yang dihadapi oleh masing-masing orang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline