Kehadiran nyamuk wolbochia ternyata juga membawa kekuatiran bagi sebagian orang. Mengapa harus takut?, tanya saya saat teman satu sekolah mengatakan jika nyamuk Wolbachia itu berbahaya. Ia mendapatkan kabar yang bisa jadi diragukan kebenarnnya, mungkin juga hoaks.
Memang sejak wolbachia muncul menjadi pemberitaan media, banyak kabar simpang siur yang muncul. Wolbachia sendiri sebenarnya adalah bakteri yang dapat melumpuhkan virus dengue dalam tubuh nyamuk aedes aegypti. Inovasi teknologi ini melengkapi strategi pengendalian yang berkasnya sudah masuk ke Strategi Nasional (Stranas).
Pemerintah kita melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) memang mulai menerapkan inovasi teknologi wolbachia untuk menurunkan penyebaran demam berdarah dengue (DBD) yang hampir setiap tahun kasusnya selalu muncul secara sporadis.Sehingga butuh penanganan yang lebih serius. Dan kali ini dengan memanfaatkan teknologi yang telah terbukti efektif di sembilan negara lain, dan diharapkan dapat memberikan hasil yang sama di negara kita.
Teknologi Wolbachia ini merupakan teknologi yang bisa melumpuhkan virus dengue, zika dan chikungunya dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti, sehingga virus tersebut tidak menular ke manusia, karena nyamuk Aedes aegyptinya telah mendapatkan suntikan bakteri Wolbachia. Bakteri ini diklaim bisa menurunkan risiko penularan DBD jika tergigit. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyebar nyamuk Wolbachia di sejumlah daerah di Indonesia. Nyamuk ini diklaim efektif dalam mencegah demam berdarah (DBD).
Mengapa wolbachia yang dipilih?, karena Wolbachia adalah bakteri alamiah pada serangga. Tentunya solusi ini juga ramah lingkungan karena tidak mengganggu ekosistem atau siklus hidup mikroorganisme lain.
Sehingga kekuatiran jika wolbachia berbahaya bagi manusia seperti yang dikhawatirkan masyarakat umum, menurut Peneliti di Universitas Gadjah Mada (UGM) menyebut bahwa nyamuk Wolbachia tidak berbahaya bagi manusia. Nyamuk ini malah membantu menekan penularan virus demam berdarah.
Pemerintah bahkan sangat serius, kebijakan menggunakan teknologi wolbachia ini telah dikuatkan dengan Keputusan Menteri kesehatan RI Nomor 1341 tentang Penyelenggaran Pilot Project Implementasi Wolbachia sebagai Inovasi Penanggulangan Dengue, penerapan teknologi ini dilaksanakan di lima kota, yaitu Kota Semarang, Kota Jakarta Barat, Kota Bandung, Kota Kupang dan Kota Bontang.
Sebagai penyakit endemik, kasus DBD biasanya mengalami peningkatan saat masuk musim hujan, dimulai pada pertengahan tahun, hingga awal tahun. Pada periode itulah, nyamuk Aedes aegypti yang membawa vírus dengue bersarang dan bertelur di air yang menggenang.
Berdasarkan data Kementerian Kesehatan, pada periode Januari – Mei 2023 saja, total 270 kematian akibat DBD di Indonesia, dan propinsi dengan korban tertinggi adalah Jawa Tengah, dengan 68 kematian. Dan pada periode yang sama, terdapat 35.694 kasus DBD di seluruh Indonesia.