Seiring makin pesatnya digitalisasi di semua sektor, masalah keamanan dan penipuan digital ternyata juga tak kalah hebohnya. Semua orang, tanpa terkecuali, harus waspada terhadap modus kejahatan digital yang beragam, seperti phishing, data hijacking, dan scam lainnya.
Secara pribadi saya pernah mengalami upaya penipuan digital, tetapi beruntungnya saya mampu mengenali tindakan tersebut sebelum terjadi kerugian yang signifikan.
Mengeksplorasi Kasus Kejahatan Digital Dalam Pembelajaran
Seorang teman yang bekerja di sebuah instansi milik pemerintah pernah menceritakan pengalaman yang mungkin bisa bermanfaat buat kita semua untuk mengenali dan mewaspadai modus kejahatan digital agar terhindar dari ancaman tersebut.
Ketika itu saya juga berpikir jika hal ini penting untuk saya bagi dengan sebanyak mungkin orang. Jadi saya juga mendiskusikannya di kelas kewirausahaan dengan memanfaatkan labkom.
Karena saya pikir akan lebih mudah memahami masalah jika mereka bisa menemukan sendiri kasusnya di internet, dan kemudian membagi temuan pengalaman itu dalam sesi diskusi di kelas.
Cerita teman saya itu bermula ketika beberapa bulan lalu, ia mendapatkan email yang terlihat seperti surat resmi dari layanan perbankan yang ia gunakan. Karena ia memiliki fasilitas e-banking dalam aplikasi di gadgetnya.
Isi pesan tersebut menyarankan agar teman saya segera mengganti kata sandi dan mengklik tautan yang disediakan untuk mengakses halaman penggantian kata sandi. Pada awalnya, ia hampir tertipu karena tampilan email tersebut sangat mirip dengan email resmi dari bank.
Namun, setelah memeriksa alamat email pengirim yang mencurigakan dan mengenali beberapa kesalahan penulisan dalam pesan, ia menyadari bahwa itu adalah upaya phishing untuk mencuri data pribadi.
Phising adalah upaya untuk mendapatkan informasi data seseorang dengan teknik pengelabuan. Data yang menjadi sasaran phising adalah data pribadi (nama, usia, alamat), data akun (username dan password), dan data finansial (informasi kartu kredit, rekening).
Menurut pengalamannya, banyak penjahat memanipulasi penampilan websitenya dengan menggunakan template yang sangat mirip dengan situs aslinya. Jika saja cara menggunakan redaksi bahasanya tidak asal-asalan, mungkin teman saja juga akan terjebak.
Verifikasi Sumber Pesan: ketika itu ia langsung menghubungi layanan perbankan melalui nomor telepon resmi mereka untuk memastikan apakah pesan tersebut berasal dari mereka atau bukan. Terkadang, penipu menggunakan nama bank palsu untuk menipu korbannya.
Jangan Meng-klik Tautan: ia tidak mengklik tautan yang disediakan dalam email atau pesan yang mencurigakan. Sebaliknya, langsung membuka situs web bank melalui browser dan melakukan login dari sana.
Selanjutnya, Lapor ke Pihak Berwenang: ia melaporkan email phishing tersebut ke pihak berwenang, baik layanan perbankan maupun lembaga yang bertanggung jawab mengatasi kejahatan siber.