Layaknya manusia, segala hal yang berhubungan dengan keseharian binatang peliharaan, mulai dari makanan, kandang, grooming atau perawatan bulu, vitamin, hingga vaksinasi juga harus diperhatikan. Maka kita pun perlu menyisihkan anggaran khusus untuk pengobatan hewan kesayangan kita. Soal harga tak ada tarif khusus, tapi setidaknya kita harus "siaga dana".
Aktifitas memelihara hewan peliharaan merupakan aktifitas yang sudah semakin digemari oleh seluruh kalangan masyarakat. Jenis hewan peliharaan juga makin bervariasi, mulai dari kucing, anjing, musang, hingga reptil.
Aktifitas memelihara hewan bukan hanya dijadikan aktifitas pengisi waktu luang saja, tetapi banyak manfaat yang bisa didapatkan dari aktifitas tersebut. Banyak efek positif yang bisa dirasakan. Tak jarang pemiliknya memperlakukan secara istimewa, mulai dari pemberian makan, memandikan dengan shampo khusus, hingga membawa hewan peliharaan mereka secara rutin ke dokter hewan untuk melakukan pemeriksaan.
Hasil survei terbaru oleh American Animal Hospital Association (AAHA) menyebutkan bahwa lebih dari 70% pemilik hewan peliharaan melihat hewan peliharaan mereka sebagai anak-anak, 48% secara emosional tergantung pada hewan peliharaan mereka dan 83 % akan mengambil risiko dalam hidup mereka demi hewan peliharaannya.
Sehingga muncul komunitas dan catlovers atau rumah rescue karena kecintaan, juga sebagai cara melestarikan spesies kucing. Mereka membangun jaringan dan bentuk komunikasi antar sesama pecinta binatang. Termasuk untuk upaya penyelamatan yang dilakukan melalui status di media sosial yang mereka miliki.
Bahkan mereka juga merespon jika terjadi tindakan kekerasan terhadap hewan. Sebagaimana kasus kekerasan terhadap kucing di medsos yang dengan segera mendapat respon dari para pecinta binatang selain respon dari warga biasa.
Komunikasi yang mereka lakukan biasanya berdasarkan laporan yang diterima, koordinasi dengan klinik hewan, family gathering para pecinta hewan dalam forum medsos, open donasi atau bazar. Intinya adalah sebuah bentuk interaksi sosial dan kepedulian.
Karena menurut peneliti Herbert Blumer, manusia melakukan sebuah tindakan biasanya didasari oleh adanya sesuatu yang bermakna bagi dirinya, dan itu bisa berasal dari interaksi dengan orang lain, dan dilanjutkan dengan proses.
Seorang teman pecinta kucing di sebuah NGO merawat puluhan kucing di rumahnya. Ia memilih konsekuensi menjadikan rumahnya sebagai "Rescue House" bagi para kucing jalanan yang terlantar. Semuanya hasil "temuan" kucing memang rata-rata dari jalanan yang terbuang atau tak berpunya, sakit dan bahkan cacat. Ia rela merogoh kocek hingga "dalam", karena setidaknya ada ongkos perawatan kucing sakit yang harus ditebusnya hingga Rp. 800 ribu per ekornya.
Ia juga menerima bantuan sukarela dari para donatur yang juga pecinta binatang, tapi tak punya waktu untuk melakukan kegiatan mulia tersebut. jadi sebagai bentuk empatinya, bantuan dana menjadi pilihan.
Orang Indonesia memang dikenal sebagai orang yang suka berderma. Menurut survei digital Telkomsel, tSurvey.id, ada banyak masyarakat Indonesia yang sering melakukan donasi secara online. "Sebanyak 69% orang sering berdonasi online, berdonasi lebih dari 2,5% penghasilannya," demikian dikutip dari laporan tSurvei.id, Selasa (14/3/2023).
Untuk pertama kalinya, Indonesia disebut sebagai negara yang paling dermawan di dunia, menurut survei yang dilakukan lembaga amal Inggris, Charities Aid Foundation (CAF). Dalam laporan World Giving Index 2018 yang dirilis awal pekan ini, Indonesia berada diperingkat teratas dengan skor 59. Australia dengan skor yang sama menempati urutan dua, disusul Selandia Baru, Amerika, dan Irlandia.
Ada tiga aspek kebaikan yang diukur dalam laporan tersebut, yaitu 'membantu orang yang tidak dikenal', 'memberi sumbangan', dan 'menjadi relawan'.
Kucing dan Segala Kebaikan