Lihat ke Halaman Asli

Rini Wulandari

TERVERIFIKASI

belajar, mengajar, menulis

Sang Guru Cilik, Tak Ada Rapai, Plok pun Jadi!

Diperbarui: 26 Juli 2023   02:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 guru munir bermain rapai dan debus dengan kaleng cat plastik sumber gambar festival film dokumenter

Sebagai penikmat film dokumenter Aceh, bisa dikatakan saya terlambat. Film berjudul 'Bocah Rapai Plok' ini, ternyata telah diproduksi sejak tahun 2017, namun saya baru berkesempatan menontonnya di Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) dalam Program Layar Tancap PKA. Film karya sutradara Nursalliya Ansari B ini adalah film favorit juri Aceh Film Festival (AFF) 2017. Bahkan masuk dalam nominasi Film Dokumenter Pelajar di Festival Film Dokumenter 2017 di Jogjakarta.

Bersama keluarga saya memutuskan menonton film yang malam itu dijadwalkan tayang. Judulnya langsung membuat saya penasaran karena terbayang bermacam harapan, pastilah tentang kelucuan dan kegembiraan anak-anak. 

Rengekan anak untuk menonton menambah bulat tekad menikmati film tersebut, meskipun seharian ini sebagai guru, saya disibukkan dengan banyak kegiatan, termasuk MGMP mingguan yang dilaksanakan hari Jum'at dan selesai pukul 17.00 wib.

Kelelahan tak menyurutkan niat untuk menonton film yang menurut saya unik, apalagi film pendek ini hanya berdurasi kurang lebih 13 menit, dan melibatkan tokoh sentral anak dan bergenre komedi satir dan petualangan yang mengusung isu 'sosial budaya', isu yang tidak jauh dari ilmu yang saya geluti ' ilmu ekonomi'. 

Sejak penanyangan film ini dimulai, saya tak bisa mengedipkan mata dan tak kuasa menghilangkan senyum di wajah, karena kelucuan-keluacuan anak-anak. Bahkan sakit kepala yang berdenyut hilang tak terasa.

Kegigihan Munir

bocah penabuh rapai plok-kaleng cat plastik sumber gambar darul hasanah

Kisah ini secara singkat menceritakan tentang seorang bocah bernama Munir yang kecintaan kepada rapai (sejenis alat kesenian tabuh tradisional dari Aceh) membuatnya terobsesi. Meskipun menemui halangan karena dianggap terlalu kecil memainkan rapai, ia tak patah arang. Ia berusaha mencari cara agar keinginannya tersebut terwujud. 

Bersama teman-temannya ia melakukan berbagai cara untuk menemukan 'rapai ala Munir". Hingga perjuangannya yang seru dan berliku mempertemukannya dengan "plok" (kaleng plastik bekas cat) yang dipilihnya. 

Lantas dengan caranya yang unik dan lucu, ia menjadi guru bagi teman-temannya yang menjadikannya "pemimpin' kelompok penabuh rapai plok ini.  Ia juga bertindak sebgai pemain debus, disela permainan rapainya.

Meskipun menjadi bahan tertawaan para orang tua di kampong tak menyurutkan niatnya untuk bermain rapai, maka kampong itu menjadi meriah dengan aksi anak-anak penabuh rapai plok itu.

Penggarapan film ini terbilang sederhana, namun alurnya menarik, meskipun efeknya hanya mengandalkan kondisi luar ruang yang ada tanpa bantuan pencahayaan yang serius, mungkin karena karya sinema ini dibuat oleh para sineas pemula, namun paketnya secara keseluruhan tetap dikuatkan karena dukungan para pemain utamanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline