"Adek nggak suka libur, di rumah sepi nggak tau mau ngapain!. Mending sekolah banyak teman!".
Saat mulai liburan anak justru merasa sedih, apakah itu pertanda buruk?. Putri saya pernah mengeluh begitu, ketika liburan baru saja dimulai. Mungkin keluhan itu tak hanya dirasakan putri saya, mungkin juga banyak anak-anak lain merasakan hal yang sama justru saat liburan tiba.
Sebab yang klise, karena orang tua sibuk dengan pekerjaannya, apalagi jika itu tuntutan ekonomi. Bahkan saat orang tua berada di rumah, waktu habis hanya untuk beristirahat.
Atau sebagai orang tua kita berpikir, karena sedang libur, anak-anak dibebaskan melakukan apa saja, termasuk bermalas-malasan di rumah. Padahal anak-anak berharap sebaliknya, kita punya rencana terbaik untuk liburan mereka.
Kami biasanya mengakalinya dengan, meminta anak-anak mengusulkan ide dan rencana liburannya, syaratnya selama masih bisa dikompromikan dan bisa dipertimbangkan budgetnya.
Tapi jika semuanya tak punya waktu untuk keluar, kami memilih menjadikan rumah sebagai tempat berlibur yang seru!.
Apakah semua orang merasa gembira saat liburan?.
Memangnya gejala aneh apa yang terjadi jika ada orang justru merasa sedih ketika diberi liburan?. Apakah karena tak punya rencana kegiatan saat liburan, apalagi belakangan kita baru bangkit dari ekonomi syulit paska pandemi?.
Sebenarnya munculnya rasa sedih saat liburan tiba itu bukan karena kita plin plan, tapi memang ada potensi gangguan psikologis. Biasanya disebut fenomena "holiday blues".
Berbeda dengan fenomena "post-holiday blues", gangguan psikologi yang banyak dirasakan orang karena liburan akan berakhir. Sedangkan istilah "holiday blues"adalah gangguan psikologi karena libur tiba. Bagaimana semua itu bisa terjadi, kok aneh ya, libur justru merasa sedih.
Mengembalikan Mood Liburan
Memang tak banyak penelitian soal emosi liburan, tetapi ada sebuah survei di tahun 2006 oleh American Psychological Association (APA). Ternyata ada 78 persen orang sering merasa bahagia, saat liburan, sebaliknya juga ada 68 persen orang justru merasa lelah saat liburan.
Menurut Laurentius Purbo Christianto, Dosen Psikologi Unika Atma Jaya. Mengutip dari NAMI-The National Alliance on Mental Illness, University of Maryland (2018), "holiday blues" adalah perasaan cemas sementara atau depresi yang dialami selama periode liburan.
Bagi anak-anak, "holiday blues" biasanya terjadi karena anak merasa sedih berpisah dengan teman-teman dekatnya, atau tak ada teman di rumah. Bahkan karena merasa akan banyak dilibatkan dalam urusan rumah, seperti beberes rumah yang bisa menjadi tekanan. Padahal jika tidak liburan, anak-anak sedikit bebas dari tugas rumahan. Sehingga ada anak yang lebih suka bersekolah daripada berlibur di rumah.
Fenomena itu muncul karena tidak semua anak bisa beradaptasi dengan perubahan saat liburan, meskipun hanya sebentar. Apalagi jika pusat kegembiraanya ada di sekolah. Termasuk kemampuan anak menjaga relasi sosial, serta kondisi keluarga si anak.