Lihat ke Halaman Asli

Rini Wulandari

TERVERIFIKASI

belajar, mengajar, menulis

Sekolah sebagai Agen Perubahan, Kebiasaan Baik Tak Membakar Sampah

Diperbarui: 29 Juni 2023   16:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi siswa mendapat edukasi soal cara memilah dan mengatasi sampah di lingkungan sekolah. Foto: KOMPAS/ESTER LINCE NAPITUPULU

Sebenarnya selain rumitnya masalah kebiasaan kita membakar sampah, membuang sampah sembarang masih menjadi kebiasaan yang umum. Sebabnya karena adanya fenomena Not In My Back Yard alias NIMBY. Ketika kita menganggap sampah yang harus diurus hanya sampah yang ada di rumah kita, membuat kita merasa tak bertanggungjawab dengan urusan sampah di sekeliling kita. 

Ketika kita berprinsip NIMBY, maka membakar sampah menjadi bukan masalah penting. Toh, dengan dibakar sampah hilang, dan rumah bersih. Soal asap, itu hanya "gangguan" sementara. Jika sampah ludes dimakan api, asap juga hilang pergi. Padahal bahaya besar mengintai dari kebiasaan kita membakar sampah!.

buang sampah dari mobil-merdeka .com

Bahaya Pembakaran Sampah

Tapi sebenarnya persoalannya tidak sesederhana itu. Mengapa kita tidak disarankan atau "dilarang" membakar sampah?.

Sebab praktik membakar sampah, seperti yang kita pelajari di sekolah, menjadi sebab tersebarnya emisi gas beracun dan partikel berbahaya ke udara. 

Sampah apapun jenisnya yang terbakar menghasilkan zat penyebab polusi udara atau polutan. Yang umum kita ketahui tentu saja karbon dioksida (CO2). Selain itu asap hasil pembakaran juga mengandung karbon monoksida (CO), nitrogen oksida (NOx), sulfur dioksida (SO2), dan partikel halus (PM10 dan PM2,5). 

Belum lagi jika sampah yang kita bakar bukan organik, seperti karet, plastik dan sejenisnya. Emisi ini bisa merusak kualitas udara, bikin cemar lingkungan, dan menjadi penyebab rusaknya ekosistem.

Dampak secara langsung tentu saja pada kesehatan kita. Gas dan partikel berbahaya dari pembakaran sampah, paparan atau dampaknya untuk jangka panjang terhadap polutan udara seperti partikel halus dapat menjadi pemicu penyakit pernapasan, alergi, iritasi mata. Polutan udara yang dihasilkan oleh pembakaran sampah dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular (gangguan jantung dan pembuluh darah) dan gangguan pernapasan.

Konon lagi jika disekitar kita ada tetangga yang mengidap asma, atau memiliki balita bisa menimbulkan problem baru. Jika tidak timbul penyakit, kita bisa berurusan-rusuh dengan tetangga.

Lebih jauh lagi jika berbicara akibatnya pada perubahan iklim, pembakaran sampah ternyata juga menjadi penyumbangnya. Emisi gas rumah kaca yang dihasilkan, seperti CO2 dan metana (CH4), menjadi sebab mengapa timbul pemanasan global dan perubahan iklim. 

Jadi semakin sedikit aktifitas kita membakar sampah, kita juga andil mengurangi emisi gas rumah kaca dan membantu memperlambat perubahan iklim yang tidak diinginkan.

kebiasaan buruk membakar sampah greeners.co

Jangan dibayangkan sampah yang kita bakar jumlahnya hanya sedikit. Jika setiap rumah melakukan aktifitas yang sama, begitu juga pabrik, atau aktifitas lain seperti pertanian yang sering membakar limbah jeraminya, maka jumlah asap yang masuk ke atmosfer juga semakin banyak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline