Di salah satu sudut kampung ada sebuah pasar pagi yang sudah sejak lama hidup dan terus bertahan. Hampir sebagian besar siswa yang berasal dari daerah Aceh Besar, setidaknya tahu pasar pagi di Kampung Tungkop itu.
Bahkan selama masa pandemi, ketika kebijakan pembatasan memaksa orang tinggal di rumah, pasar itu tetap hidup dengan sendirinya tanpa ada yang memberi komando.
Pagi sekali menjelang Subuh, lapak-lapak di pinggiran jalan dengan alas terpal sudah mulai dipenuhi dengan tumpukan sayur hijau segar yang hampir semuanya berasal dari kampung sekitarnya. Para pembeli yang sebagian besar adalah pedagang pengepul juga sudah stand by sebelum fajar.
Begitu kumpulan para pedagang datang maka transaksi cepat segera terjadi. Dan suasana itulah yang menjadi salah satu materi dalam proses pembelajaran yang saya lakukan.
Meskipun ini tidak ada kaitan sama sekali dengan sekolah subuh seperti yang pernah viral di medsos, "kelas" spesial ini hanya kami lakukan karena untuk bisa merasakan pengalaman langsung belajar di kelas lapang dalam format "belajar-berblusukan".
Tak semua anak di kelas dilibatkan karena beberapa pertimbangan, sehingga beberapa wakil murid terlibat dan menjadi perantara dalam diskusi di kelas nantinya.
Kelas Blusukan
Sebenarnya yang disebut kelas blusukan seperti yang saya ceritakan diawal, adalah model belajar di kelas lapang. Belajar tak melulu harus dikelas. Ada kalanya kita menggunakan kesempatan belajar di luar kelas. Selain memebri pengalaman, suasana luar kelas memberi motivasi lain bagi para siswa.
Dalam dunia pendidikan, penting bagi para pendidik untuk mencari cara yang efektif untuk memotivasi siswa agar terus mau belajar. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah konsep blusukan.
Blusukan merujuk pada pengalaman langsung di lapangan, di mana siswa dapat belajar dari pengalaman nyata di luar lingkungan kelas. Dan menjadi cara yang efektif untuk memotivasi siswa agar terus mau belajar.