Lihat ke Halaman Asli

Rini DST

TERVERIFIKASI

Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Bongkahan Asa yang Menyesak

Diperbarui: 26 Desember 2022   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koleksi Pribadi 

Ibuku sudah meninggal dunia saat aku duduk di kelas 2 SD. Walaupun begitu aku masih ingin mengucapkan Selamat Hari Ibu 2022. Angin dingin sedang bertiup lembut,  membuat sejuknya udara Bandung. Pada sela-selanya ada asa hangat membongkah, untuk ibuku di surga.

Kesetiaan

Dalam usia uang masih kecil, samar-samar aku ingat. Ibuku sangat setia, mendampingi ayahku yang sering berpindah tugas. Awal karir ayahku dimulai di Pabrik Gula (PG) Krebet, sejak Indonesia dalam masa penjajahan Belanda. 

Ibuku mengikuti ayah dari PG ke ke PG, dari kota Malang hingga kota Situbondo. Pada saat di PG Pakis Pati, seluruh dunia dilanda pandemi polio. Tentu saja tak terkecuali Indonesia.

Aku dan kakakku secara bergantian mengalami demam. Berakhir dengan aku yang terdampak polio. Untuk mempermudah pengobatan, aku dititipkan kepada nenek yang tinggal di Malang. Ibuku yang sering menengok aku yang menjalani pengobatan. Aku sendiri tidak terlalu mengetahui bagaimana keadaanku persisnya. 

Aku hanya ingat saat bersekolah di YPAC cabang Malang. Sebenarnya aku senang, tetapi orangtua, nenek dan para tante memindahkan aku ke sebuah SD. Katolik. Katanya sih ... karena YPAC tidak memberikan rapot saat kenaikan ke kelas dua. Juga YPAC tidak memberikan pelajaran agama. 

Semetara ayah dan ibuku sudah berpindah-pindah ke PG Rejoagung - Madiun dan PG Wringin Anom - Situbondo.  Mereka kadang-kadang menengok aku di Malang. Hingga suatu saat , Ibuku menengok aku dalam keadaan hamil. Seperti kebiasaannya, selalu bermalam beberapa hari  di Malang.

Tetapi ... tetapi ... ada sesuatu pada kandungannya. Keluarga yang di Malang segera membawa ke bidan. Dan ibuku tak tertolong, meninggal dunia bersama adik yang sedang dikandungnya. Aku sangat sedih. Seharusnya ibu tak usah menengok. Aku sudah bisa melakukan kebiasaan sehari-hari seperti yang diajarkan di sekolahku. 

"Ibu sayang kepada kamu," kata ayah sambil mengelus punggungku. Ayah juga tampak sangat sedih kehilangan ibu yang sangat setia kepada ayah, setia kepada keluarganya. 

Kesederhanaan

Saat ibuku masih sehat, pada masa liburan sekolah aku pulang ke rumah ayah di kompleks PG. Betapa besar loji yang ditinggali ayah. Begitulah rumah peninggalan penjajahan Belanda. Sebuah rumah yang besar dengan halaman yang luas. Tetapi ... tetapi ... di bagian belakang rumah, ibuku bukan saja selalu mengenakan daster. Sering aku melihat dia menukarkan baju yang sudah usang dengan telur ayam.

Ibu hanya dibantu seorang pembantu yang setia untuk membersihkan halaman dan mencuci baju. Ibu membersihkan dan menata sendiri ruang tidurnya dan ruang tidur anak-anak. Ibu juga memasak semua makanan kesukaan ayah dan anak-anaknya sendiri. Tim ati ayam adalah makanan buatan ibu yang paling aku sukai.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline