Mbak Siti bingung menanggulangi rasa takut. Bisa ikut ndoro kakung Sastro di komplek Pabrik Gula (PG) merupakan kebanggaan bagi gadis-gadis seumuran dia di kampungnya. Bibinya yang ikut adik ndoro kakung di kota Malang, yang menghubungkan dirinya untuk ikut ndoro kakung Sastro Kediri.
Komplek PG sangat menyenangkan. Rumah peninggalan zaman Belanda yang besar-besar dengan halaman yang luas tampak asri. Bangunannya yang kokoh, tak ada kayu keropos sedikit pun. Hanya saja sarang laba-laba di kamar tampak kosong melompong dengan langit-langit tinggi, kadang-kadang tampak menyeramkan.
Ndoro kakung Sastro duda yang ditinggalkan istrinya berpulang. Memang baru saja ndoro kakung bersama 5 anak-anaknya menempati rumah ini. Beberapa bulan sejak istrinya meninggal, ndoro kakung dipindahkan dari PG Asem yang ada di ujung timur Jawa Timur (Jatim) ke PG Santren yang ada di tempat lebih ke barat Jatim.
Sebetulnya sudah enak benar ikut ndoro Sastro, duda yang punya 5 anak yang sangat percaya kepada mbak Siti. Uang belanja diserahkan, dan mbak Siti pintar masak kesukaan ndoro kakung dan anak-anak. Mana anak-anaknya, entah baik atau masih lugu bodoh. Mau saja disuruh menuliskan surat untuk mas Ran, tukang kebon dan angon kambing tetangga di perumahan PG juga.. Surat yang isinya mbak Siti pengin punya sir-siran.
Rumah yang ditempati ndoro Sastro, dikenal sudah lama kosong. Tadinya rumah tuan Don yang sekarang pergi ke Belanda. Banyak orang mengatakan tuan Don pergi, bukan pulang ke Belanda. Soalnya biarpun pintar berbahasa Belanda, tuan Don sepertinya orang Indonesia asli.
Tuan Don pergi ke Belanda beberapa bulan setelah pembantunya mbak Jum tertabrak sepur. Sebenarnya kata orang-orang mbak Jum tadinya sudah diam di pinggir tempat pemberhentian sepur, tetapi pas sepur sudah dekat malahan loncat ke tengah-tengah 2 besi sejajar yang merupakan rel sepur.
Orang-orang yang ada di sekitar heboh. Untungnya pemberhentian sepur ada di seberang gudang gula PG. Jadinya pertolongan bisa segera diberikan. Mbak Jum diangkut ke rumah sakit (RS) milik organisasi Amerika yang lokasinya paling dekat dengan komplek PG.
Tuan Don ikut mengantar ke RS. Mbak Jum dinyatakan telah meninggal. Tetapi ... tetapi ternyata mbak Jum dalam keadaan hamil. Kandungannya bisa diselamatkan, dan jabang bayi dipelihara oleh seorang bidan yang bekerja di RS tersebut. Bu bidan adalah istrinya tetangga ndoro kakung, yang merupakan majikan mas Ran.
Mbak Siti yang sudah kerasan banget jadi pembantu ndoro kakung, tiba-tiba akhir-akhir ini kok tiap malam merinding. Seperti ada arwah mbak Jum datang. Sebenarnya tidak ada wujud nyata, cuma rasa merinding itu saja yang mengganggu. Katanya supaya gangguan hilang harus menempelkan kulit babi di dinding. Dia juga sudah minta kulit babi kepada temannya, yang jadi pembantu di rumah pak Oey. Seorang yang merupakan kepala keamanan PG, yang keturunan Tionghoa.
Karena rasa merinding tetap ada, hampir setiap malam mbak Siti menghabiskan waktu duduk di depan teras kamar tidurnya. Suatu malam dia melihat ada sepasang mata yang mengitip dari balik bambu yang menjadi pagar di belakang komplek perumahan PG, yang halamannya sambung-menyambung antar tetangga.