Satu yang kupinta, yakini dirimu hati ini milikmu.
Semua yang kulakukan untukmu.
Lebih dari sebuah kata cinta untukmu.
Ini diriku.
Itulah sepenggal lirik lagu Bukan Pujangga, ciptaan sebuah grup musik 90s Base Jam . Lagunya menghangatkan telinga yang mendengarkan, liriknya memeriahkan hati yang sedang dicintai.
Tumbuhnya cinta berbeda-beda antara manusia yang satu dengan manusia yang lain. Base Jam menggambarkan cinta lebih dari sekedar kata-kata, bahkan seluruh dirinya.
Dengan menakar cinta Base Jam, aku jadi ingat sahabat Kompasianer yang juga tampak sangat pekat dalam rasa cinta. Cinta kepada siapa saja, kepada istri tercinta, kepada anak-anak, kepada keluarga dan kepada semua kompasianer.
Itulah Uda Tjip dan Uni Rose yang awal tahun 2021 menapaki peringatan penikahan sepanjang 56 tahun, yang sungguh merupakan perjalanan hidup yang sangat lama.
Dari sekian kelebihan Uda Tjip dan Uni Rose, yang paling aku kagumi adalah pancaran rasa saling cinta antara Uda dan Uni.
Dengan usia yang berbeda 10 tahun, aku lebih senang memanggil Uda dan Uni. Banyak juga yang memanggil dengan opa dan oma, menunjukan betapa panjang perjalanan Uda dan Uni bersama para kompasianer muda.
Walau aku masih belum pernah bertemu, tetapi merasa sudah dekat dengan Uda dan Uni. Kebaikannya membuat aku mencoba menakar cahaya cinta yang dipancarkan oleh Uda dan Uni, untuk dijadikan panutan.
Cinta kepada seseorang yang sudah dipilih sebagai teman hidup.
Uda Tjip dan Uni Rose memulai pernikahan yang menurut istilah Uda Tjip sendiri, menapaki hidup dengan merangkak dalam lumpur kehidupan.
Hijrah ke Medan mengalami kesulitan, harus berdagang Medan-Padang, eh ... rugi pula. Hingga suatu hari mengalami seperti lirik lagu Bukan Pujangga.