Lihat ke Halaman Asli

Rini DST

TERVERIFIKASI

Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Apa Kabar Elena?

Diperbarui: 26 November 2020   15:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Elena, teman yang gemar melakukan toxic relationship. Sumber gambar : Pixabay, karya Geralt

Tiba-tiba aku teringat Elena. Seorang teman yang aku pernah bertetangga. Sekarang aku yang sudah pindah menjauhi dia. Dia tetap di Parung, di pinggir kabupaten Bogor. Sedangkan aku pindah ke Tangsel, sebuah kota di pinggir kota Jakarta.

"Apa kabar Elena?" batinku, "Sudah lebih dari 25 tahun kita tak pernah jumpa."

Tak ada jawab dari Elena.

"Apa kabar dengan Nita?" tanyaku lagi, walaupun hanya dalam batin juga.

Aku mengenal nama Elena dari bang Dul. Elena adalah teman wanita bang Dul yang tinggal di rumah runcing di sebuah desa di Parung. Saat aku dengar berita, bang Dul sudah memutuskan toxic relationship dengan Elena. Bang Dul lebih memilih memperbaiki relationship dengan istri yang sah. Pastilah Elena juga sudah membenahi diri, pikirku saat itu.

Elena seorang perempuan hebat, yang juga bisa mempengaruhi aku dalam mengambil keputusan. Hingga aku memutuskan mendirikan rumah di Parung juga. Bersama keluarga, aku menikmati rumah merah mungil yang berdiri di atas lahan seluas 3000 meter persegi.

Bertetangga dengan lahan Elena yang seluas 2 hektar, kami bertolak belakang utara >< selatan.  Aku membangun rumah merah mungil lebih ke arah utara, dan menghadap ke utara. Sedangkan rumah runcing Elena terletak di ujung selatan lahannya yang sangat luas, dan menghadap ke selatan pula.

Walaupun disebut bertetangga yang lahannya saling menempel, tetapi sangat jauh apabila harus ditempuh dengan berjalan kaki. Untungnya persis di sebelah barat lahan kami ada jalan kecil, yang memudahkan aku bertandang ke rumah Elena, atau sebaliknya. Jalan kecil becek dikala hujan, yang bisa dilewati mobil

*****

Berpegang pengetahuan dari bang Dul tentang siapa Elena, aku mampir ke rumah runcing saat sedang membangun rumah merah. Rasa ingin pipis yang membuat aku memutuskan sebaiknya mampir dan sekalian berkenalan dengan Elena. 

Rumah runcing, cukup apik dibandingkan dengan rumah-rumah lain disekitarnya. Sambil memperkenalkan diri dan keluarga, dengan meminta maaf aku berterus terang mengatakan tujuan utama tadi. Pengin pipis. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline