Lihat ke Halaman Asli

Rini DST

TERVERIFIKASI

Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Kenangan, Kenyataan, dan Harapan Indah Bersama Ibu

Diperbarui: 19 November 2020   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ibu. Desain oleh Rini DST, menggunakan Canva. Gambar  dari Pixabay dan koleksi pribadi

Bersama ibu merupakan suatu masa indah yang akan selalu dirindukan. Baik bagi ibu, anak-anak dan seluruh keluarga, yang membuat semua orang akan memanfaatkan kesempatan bersama ibu sebaik-baiknya.

Bagi seorang yang tidak menjalani masa kecil bersama ibu, kerinduan suasana "Ibu sekolah pertamaku" bagaikan suatu rasa yang rindu-dendam . Karena itu bagi yang mengalami, manfaatkan kesempatan tersebut sebaik-baiknya.

Saat ini dunia sedang dilanda pandemi covid-19. Di Indonesia diawali pada bulan Februari 2020. Dan beberapa waktu lalu ada berita vaksinasi covid-19 sudah akan dilaksanakan pada bulan November tahun 2020. 

Bagiku merupakan berita yang sangat mengejutkan, tetapi sampai saat aku membagi tulisan ini belum tampak ada seorang pun, atau sebuah daerah pun yang melaksanakan vaksinasi covid-19. 

Pada tahun 1950, dunia juga dilanda pandemi polio. Katanya, pada tahun 1554 sudah ditemukan vaksin polio. Tetapi pada tahun 1955, aku terdampak polio. Akhirnya pada tahun 1962 barulah vaksin polio resmi beredar ke seluruh dunia. Semua negara yang menjalankan vaksinasi dengan sesuai aturan, terbebas dari polio.

Sulit untuk percaya, bahwa vaksinasi akan segera dilaksanakan. Lebih baik tetap jaga protokol kesehatan 3M, serta selalu mengonsumsi makanan sehat dan vitamin.

Saat aku terdampak polio, ayahku bekerja di pabrik gula (PG). Semua keluarga tinggal di perumahan PG, yang biasanya berada di kota kecil. Karena sulitnya pengobatan, ayah dan ibuku menitipkan aku di rumah nenek, ibunya ayahku yang tinggal di kota Malang. Aku dalam pengasuhan bibi, adik perempuan ayahku yang terkecil. 

Aku mengawali sekolah pertama di sekolah YPAC, dengan pengelola sebuah Yayasan Pemelihahaan Anak Cacat (YPAC). Untuk tahun-tahun pertama, sekolah YPAC diselenggarakan di salah satu ruangan kantor pemerintah kota Malang, lama-lama barulah mempunyai gedung sendiri.

Liburan pertama dari sekolah YPAC, aku manfaatkan berlibur pulang ke rumah ibu dan ayahku. Aku merasa canggung selama masa liburan itu. Ayahku sering mengajak aku bermain sambil melatih kaki yang terdampak polio, tetapi aku hampir tak merasakan kehadiran ibuku. 

Liburan habis, aku kembali sekolah ke Malang. Tetapi  bibi segera memindahkan aku ke sekolah umun, karena sekolah YPAC tidak memberikan buku laporan kenaikan kelas 1 menuju kelas 2 SD. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline