Sudah setahun Mendikbud Nadiem Makarim mencanangkan program MERDEKA BELAJAR di Indonesia. Apa kabar program Merdeka Belajar yang direncanakan akan dilakukan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia. Dan sampai sekarang tetap dalam perencanaan, belum sempat dilaksanakan, karena virus covid-19 mendahului menyebar pandemi.
Dikatakannya merdeka belajar, tetapi belum apa-apa malahan sudah banyak keterkekangannya. Sudah ada siswa dipresi, orang tua yang bingung. Sehingga melakukan tindakan yang mengerikan. Bunuh diri. Orang tua menguburkan sendiri anak yang dimarahi sampai meninggal dunia.
Pandemi covid-19 berdampak dengan cukup besar dalam dunia pendidikan, tentunya selain kesehatan dan ekonomi. Padahal program Merdeka Belajar direncanakan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.
Pada langkah awal, ada 4 kebijakan dalam program Merdeka Balajar.
Menghapus Ujian Nasional (UN) menggantikan dengan Assesmen Kompetensi Minimum (AKM) dan Survey karakter. AKM yang berdasarkan literasi dan numerasi, dan tidak sarat dengan hafalan. Sedangkan survey karakter mengamati sejauh mana siswa dalam menerapkan Pancasila.
Masing-masing sekolah behak membuat sendiri Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN).
Menyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Memperluas zonasi dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB), memberi kemerdekaan kepada pemerintah daerah dalam menentukan zonasi
Untuk mendukung 4 program merdeka belajar, Mendikbud Nadiem Makarim juga melengkapi dengan Program Organisasi Penggerak (POP) dan Guru Penggerak. Tetapi POP belum biasa dilaksanakan, karena mundurnya organisasi Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah.
Diantara program-program Merdeka belajar, yang sangat disayangkan adalah penghapusan UN dan POP.
Penghapusan UN oleh Mendikbud Nadiem Makarim akan memberikan kemerdekaan bagi sementara orang. Padahal bagi sementara orang yang lain, UN bisa-bisa saja membawa kenangan cantik. Baik dalam hal mengulik soalnya, atau pun mengenang keindahan pelaksanaannya.
Mengingat lamanya waktu kebersamaan UN dengan siswa di Indonesia, sudah berapa generasi yang mengalami keindahan bersama UN. Selama lebih dari 5 dekade siswa Indonesia bersama UN, dan sekarang akan dihapuskan begitu saja. Tentu sudah banyak siswa Indonesia yang kini hidup dengan bahagia dan tidak merasa berkekurangan, saat harus mengakhiri setiap akhir tingkat pendidikan yang dilalui dengan UN.
Sulit dilupakan. Saat harus berangkat ke sekolah lain, untuk menempuh UN. Kadang ada teman yang berasal dari sekolah yang sama, tapi kadang hanya sendirian. Semua dijalani dengan penuh keberanian dan persiapan dengan rasa yang merdeka.
Mempersiapkan UN juga harus dengan cerdas literasi.