Penggali kubur sering merupakan pekerjaan yang dilakukan dengan keterampilan yang dimiliki secara turun menurun. Dalam menggali sebuah lubang biasanya dikakukan oleh 7 0rang, yang kadang-kadang satu sama lain masih ada hubungan saudara. Dalam pembuatan sebuah lubang memerlukan waktu 3 jam.
Bisa dibayangkan pada masa pandemi, betapa banyak pekerjaan para penggali kubur. Dan sekarang mereka lebih diisibukkan dengan keharusan mengenakan alat pelindung diri (APD). Mereka juga harus pandai menjaga diri, agar tidak menularkan covid-19 kepada keluarga.
Mereka membakar APD bekas pakai, dan selalu menggantikan dengan yang baru. Mereka membersihkan tubuh dengan sabun sebelum pulang ke rumah. Atau memilih tidak pulang ke rumah. Kepatuhan para penggali kubur terhadap protokol, membuat belum pernah terdengar ada kluster penggali kubur.
Demikian juga tukang sampah merupakan orang yang sangat dibutuhkan. Tak ada istilah work from home (WFH) bagi mereka. Mereka mengambil semua sampah di berbagai area, perkantoran, perumahan dan tempat-tempat umum lain. Apakah virus covid-19 juga ikut mereka bersihkan? Tetapi ... tetapi mereka bekerja tanpa perlengkapan APD, bahkan banyak juga yang tanpa masker.
Mereka semua, para penggali kubur dan tukang sampah seperti tak pernah mengeluh atas pekerjaan yang harus dilakukan. Mereka mengerjakan tugas dengan semangat. Adakah kepada mereka sudah pernah dan rutin dilakukan tes rapid atau tes usap?
Mereka adalah bagian dari 276 juta penduduk Indonesia yang keselamatan dan kesehatannya menjadi tanggung jawab pemerintah Indonesia. Mereka adalah pahlawan-pahlawan yang berada di gerbang belakang pandemi covid-19. Tanpa mereka entah bagaimana bisa terselesaikannya berbagai masalah negeri ini pada masa pandemi covid-19.
Tak peduli di mana mereka tinggal. Apakah di 9 propinsi yang menjadi perhatian Presiden Jokowi. Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luthut Binsar Panjaitan (LBP)? Atau di tempat lain? Mereka tetap melakukan tugas dengan baik.
Presiden Jokowi meminta LBP untuk menekan angka positif, angka kematian dan angka kesembuhan dalam waktu 2 minggu.
Pemilihan LBP menangani covid-19 di 9 propinsi awalnya memang terasa janggal. Tetapi setelah diamati dengan seksama LBP hanya mempertajam tugas-tugas yang dilakukan oleh Komite Penanganan Covid-19 di 9 propinsi yang paling terdampak covid-19. Presiden Jokowi meminta LBP dalam 2 minggu bisa menekan angka positif, angka kematian dan angka kesembuhan.
Maksudnya angka positif, atau angka aktif harus dibawah angka aktif rata-rata dunia. Angka kematian harus dibawah angka kematian rata-rata dunia. Dan angka kesembuhan harus diatas angka kesembuhan rata-rata dunia.
Dalam menjalankan tugas yang dibebankan di atas pundaknya, LBP yang juga duduk sebagai wakil Komite Penanganan Covid-19 segera bekerja sama dengan Menkes, Satgas Penanganan Covid, TNI/Polri, dan pemda.
Standarisasi rumah sakit (RS), dengan bekerja sama dengan Menkes. RS untuk merawat pasien berat dan kritis, harus dilengkapi peralatan dan obat-obatan yang diperlukan selama pasien covid-19 di RS.
Standarisasi rumah isolasi, dengan bekerja sama dengan Menkes dan Satgas. Rumah isolasi terutama untuk merawat pasien yang tanpa gejala (OTG) dan pasien dengan gejala ringan. Pemerintah menyediakan lebih banyak lagi rumah-rumah isolasi.
Standarisasi protokol kesehatan, dengan bekerja sama dengan satgas, TNI/Polri dan pemerintah daerah. Dalam hal ini selain memperhatikan 3 angka sakti, diharapkan semua pihak kawal PSBB dengan skala lokal. Yaitu dengan melakukan PSBM, atau mini lockdown pada tingkat RT dan RW. Jangan langsung kabupaten atau kota, apalagi PSBB propinsi.