Zaidan sebenarnya agak enggan menonton di bioskop saat pandemi covid-19 masih merebak. Menurut laporan yang dia baca dari covid19.go.id , hari itu ada penambahan kasus sebanyak lebih dari 3000 orang. Pikirannya menerawang kelabu. Belum genap setahun sejak hari pernikahannya dengan Inara diresmikan, seluruh dunia dihempas oleh pandemi covid-19.
Untung sebelum ada pendemi covid-19, Idan, begitu panggilan Zaidan, selalu menekan gas dalam menitih karir dalam pekerjaan yang dipilihnya. Tak pernah disangka-sangka sebelumnya, sejak adanya pandemi covid-19 bisnis hotel menjadi ancur-ancuran. Dan dia terpilih sebagai orang yang dirumahkan.
Cicilan rumah yang dia banggakan sehingga bisa meminang Nara, yang merupakan nama panggilan istrinya, menjadi beban berat. Walaupun tabungannya masih bisa untuk membayar cicilan, tapi bayangan ketakutan selalu menghantui kehidupan sehari-hari.
Lamaran demi lamaran pekerjaan diajukan untuk mencari pekerjaan baru. Kian hari kian sulit untuk mencari pekerjaan di bidang perhotelan. Pandemi covid-19 telah benar-benar meluluh lantakkan bisnis pariwisata.
Penataan uang bersama Nara membuat hidup tidak bisa santai. Kesedihan hatinya seakan menghilangkan senda dan tawa dari hati atau pun bibirnya.
Bersama-sama, Nara dan Idan sepakat untuk membayar semua yang wajib terlebih dahulu. Cicilan rumah, biaya listrik, iuran BPJS, dan belanja untuk makanan bergizi. Mereka berdua berpendapat kalau makanan tidak bergizi, tak ada gunanya memenuhi segala kewajiban. Sudah untung, mereka belum mempunyai anak. Buah cintanya masih dalam kandungan Nara.
Tetapi itu juga yang membuat Idan semakin sedih. Setiap pagi mengantar Nara ke RS tempat istrinya bekerja. Nara bekerja di sebuah RS bersalin yang bukan merupakan rujukan covid-19. Harusnya dia yang bekerja, Idan selalu dihantui perasaan bersalah.
Walau semua pekerjaan rumah tangga diselesaikan dengan rapi, tak bisa menenangkan hati yang dirundung perasaan bersalah. Antar jemput yang dilakukan dengan sangat hati-hati menjaga keselamatan istri, juga tidak membuat Idan bisa menghalau kesedihan.
Sebenarnya tak ada yang menyalahkan. Nara juga sangat pandai mengatur keuangan yang dimiliki saat ini. Dan memberikan keyakinan, jika tiba saatnya nanti pastilah suaminya bisa bekerja dengan baik seperti dulu. Seperti saat Nara mengawali perkenalan dengan Idan. Nara tak pernah mempersoalkan, suaminya sekarang sedang mantab, makan tabungan.