Lihat ke Halaman Asli

Rini DST

TERVERIFIKASI

Seorang ibu, bahkan nini, yang masih ingin menulis.

Apakah Indonesia Akan Mengalami Resesi? Sepertinya Tidak Mungkin

Diperbarui: 15 Agustus 2020   11:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Design by : Rini DST

Sebaiknya diketahui dulu makna resesi itu apa. Resesi adalah penurunan PDB hingga minus selama 2 kuartal secara berturut-turut.  Resesi biasanya akibat dari kejadian yang tak terduga. Saat ini resesi disebabkan adanya pandemi covid-19.  Sudah ada 10 negara yang  mengalami resesi, yaitu AS, Jerman, Perancis, Italia, Korea Selatan, Jepang, Hongkong, Singapore, Filipina, Inggris . 

Pada acara Rapat Kerja Asosiasi Pengusaha Muda (Rakernas Apindo), Menko Perekonomian Airlangga memproyeksikan pertumbuhan ekonomi kuartal III 2020 akan terkontraksi -1%. Karena pertumbuhan ekonomi kuartal II 2020 terkontraksi - 5,32%, jadi Indonesia akan mengalami pertumbuhan ekonomi minus selama 2 kuartal berturut-turut. Apakah Indonesia akan mengalami resesi?

Tetapi kalau dilihat dalam kehidupan sehari-hari, sepertinya tak mungkin Indonesia mengalami resesi. Di kalangan masyarakat atas dengan pembelian sepeda brompton, suatu pertanda pertumbuhan ekonomi yang luar biasa bagus.

Begitu juga di kalangan masyaratat bawah, tukang sayur--bakso cuanki--tahu bulat--kerupuk DDN--  setiap hari masih lewat depan rumah. Penjual masih giat dan pembeli masih ada, suatu pertanda pertumbuhan ekonomi yang bagus juga.  Apakah kalangan masyarakat menengah yang menjadi penyebab resesi?

Pandemi covid-19 membuat perkonomian hampir seluruh dunia menjadi lesu. Negara-negara yang melakukan lockdown saat pandemi, mengalami resesi terlebih dahulu. Suatu keputusan yang tepat Indonesia tidak melakukan lockdown, lebih memilih melakukan PSBB.

Bank Indonesia yang sudah memiliki instrumen kebijakan makroprudensial aman terjaga ,  segera memanfaatkan dengan sasaran yang tepat. Bercemin pada krisis ekonomi 1998, berusaha secara maksimal menjaga  stabilitas sistem keuangan. 

  • Dengan menurunkan suku bunga bank, Countercyclical Buffer (CCB) bisa dinaikkan hingga maksimal. Agar usaha yang sehat bisa tetap hidup pada masa pandemi covid-19. 

  • Pelonggaran Rasio LTV membuat bisnis properti masih sanggup bertahan selama pandemi covid-19.

  • Penyangga Likuiditas Makroprudensial (PLM) ini merupakan cadangan likuiditas minimum dalam rupiah untuk membeli Surat Berharga Negara, menjaga nilai tukar rupiah  berkisar dibawah Rp 15000# per dolar AS.

  • Pengambilan keputusan yang hati-hati dalam menentukan Rasio Intermediasi Makroprudensial (RIM) dan penurunan Giro Wajib Minimum (GWM) membuat hidupnya UMKM yang ada di hampir seluruh pelosok Indonesia. 

  • Pinjaman Likuiditas Jangka Pendek (PLJP) untuk kelancaran mendukung target pertumbuhan ekonomi. 

  • Adanya kemudahan pembayaran dengan melakukan transaksi secara tunai atau pun secara non tunai demi menjaga kesehatan dari penularan covid-19. 

Tetapi ... tetapi, mengapa harus ada ketakutan Indonesia akan mengalami resesi? Apakah data yang digunakan kurang akurat? Atau memang guncangan pandemi covid-19  terlalu berat, sehingga yang tujuan awalnya untuk suatu pertumbuhan, eh ... malahan  menjadi tersendat.

Terlalu besar dan cepat ekspansi sehingga beban utang menjadi  lebih besar, membuat sampai pada titik susah membayar utang. 

Terlalu besar dan cepat ekspansi sehingga penggunaan tenaga kerja lebih banyak, membuat adanya PHK besar-besaran juga.  

Jangan biarkan badai resesi berlangsung di Indonesia. Kalangan masyarakat menengah masih bisa menghambat terjadinya resesi. Mari lakukan kebiasaan para leluhur yang penuh aroma kesabaran, sambil menunggu vaksin covid-19

Tetap hemat, ikuti nasihat leluhur dengan pepatah Hemat Pangkal Kaya. Kalau ada gaji ke 13, sebagian dipakai belanja dan sebagian ditabung.

Tetap rajin menabung. Karena sekarang sudah ada pembayaran tunai dan non tunai,  sebaiknya selalu menabung di bank. Jangan melakukan rush.

Mari mencontoh kehidupan leluhur yang bercocok tanam dengan cara bagi hasil. Tenaga kerja yang digunakan tidak menjadi beban. Akan menerima bagiannya dari hasil yang diperoleh, sehingga tak akan ada PHK.

Mari mencontoh kehidupan leluhur yang beternak dengan cara bagi hasil. Sabar menunggu giliran kapan kebagian anak-anaknya.

Bumi Matkita,

Bandung, 15/08/2020.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline