Idul Adha 2020 yang jatuh pada hari Jumat 31 Agustus berbeda dengan tahun-tahun yang lalu. Setidaknya hatiku yang berbeda. Aku mohon ampun kepada Allah, karena tidak bisa mengikuti solat sunah Idul Adha yang diselenggarakan di mesjid komplek di Bandung. Usia yang telah lebih dari 60 tahun, membuat aku dan suami tak ingin mengambil resiko kerumunan pada masa pandemi covid-19.
Kami pun tidak melakukan kurban melalui mesjid komplek, tetapi sama sekali bukan sebagai akibat adanya pandemi covid-19. Hanya ingin melakukan yang beda dengan tahun-tahun yang sebelumnya saja. Seorang teman dari WA grup "seangkatan dan seperguruan tinggi" mengajak melakukan kurban bersama-sama.
Kegiatan kurban dimulai akhir bulan Januari 2020. Panitia mangajak untuk bergabung menyelenggarakan kurban bersama. Ini bukan pertama kali diadakan, akulah yang ikut serta untuk pertama kali. Namanya program Q 77 yang maknanya program kurban bersama teman-teman seperguruan tinggi angkatan 1977. Dengan mematok harga domba Rp 3077000#. Dengan pembayaran pertama pada akhir Januari 2020 sebesar Rp 1500000# untuk pembelian anakan domba, yang didistribusikan kepada 8 pondok pesantren (ponpes) dan peternak yang bersedia menjadi mitra program Q 77.
Program Q 77 dikuti oleh sebanyak 114 pekurban, memilih anakan yang sehat dan melakukan penggemukan secara sehat. Pelunasan paling lambat pada tanggal 1 Agustus 2020, sebesar Rp 15077017. Angka 77 menunjukkan kami angkatan 77 dan angka 17 menunjukkan aku peserta ke 17.
Tentu saja pelaksanaan kurban tersebar di lokasi sekitar 8 ponpes dan peternak, yang jauh dari tempat aku tinggal. Hewan kurban juga dibagikan kepada orang-orang yang memerlukan, yang tinggal di sekitar ponpes dan peternak penyelenggara kurban. Jadi sebagai pekurban aku tidak melihat pelaksanaan. Juga tidak ikut menikmati daging kurban.
Kurban yang sah. Sungguh ini merupakan pengalaman pertama bagiku dan diijinkan oleh suami. Mudah-mudahan kurban kami diiterima Allah dan mudah-mudahan bermanfaat bagi orang-orang yang memerlukan.
Anak bungsu yang sedang menempuh pendidikan S3 di Jepang menitipkan melakukan kurban di Indonesia. Alasannya melakukan kurban di Jepang harganya mahal. Aku pikir ini sah, tapi tidak bisa ikut program Q 77. Aku tawarkan untuk ikut kurban sapi rereongan di mesjid komplek. Kurban sapi rereongan adalah cara melakukan kurban 1 sapi, atas nama 7 orang pekurban. Sapi rereongan merupakan kurban yang kami ikuti dari tahun ke tahun.
Tetapi ... tetapi menurut panitia mesjid komplek sudah tidak bisa rereongan. Karena yang melakukan kurban sudah pas, 7 sapi dan masing-masing sudah atas nama 7 orang pekurban. "Domba saja," kata panitia. Setelah aku setuju ternyata dombanya harus membeli sendiri.