Lihat ke Halaman Asli

RINI SURYANI

Mahasiswa

Analisis Semiotik Rolland Barthes pada Film Dancing in The Rain

Diperbarui: 11 November 2023   19:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

kompas.com

Film Dancing In The Rain merupakan film yang disutradarai oleh Rudi Aryanto. Film Dancing In The Rain rilis pertama kali pada tanggal 18 Oktober 2018. Berkisah tentang seorang pria yang mengidap spektrum autisme. Tokoh pria yang mengidap spektrum autisme ini diperankan oleh aktor ternama yaitu Dimas Anggara.

Film Dancing In The Rain diawali dengan tokoh Banyu yang memasuki bangku  Sekolah Dasar. Adegan berlanjut dengan Banyu dan Eyang Uti berada di ruang Psikolog. Tokoh Banyu diceritakan sudah memasuki bangku perkuliahan. Radin, Banyu, dan keluarga Kinara memberikan surprise kepada Kinara di sebuah taman. Ibu Radin datang ke rumah Banyu dan memarahi Banyu. Banyu menuliskan sebuah surat untuk sahabatnya Radin

Makna denotasi dari adegan Banyu masuk kedalam ruang kelas. Di Dalam kelas Dia hanya diam saja. Tidak berbicara sedikitpun dan tidak memperhatikan sekitarnya. Banyu sibuk dengan dunianya sendiri. Banyu dinyatakan mengidap spektrum autisme oleh psikolog. Banyu sudah duduk di bangku perkuliahan dan memiliki dua orang sahabat yaitu Radin dan Kinasih. Banyu, Radin, dan keluarga Kinasih memberikan surprise ulang tahun Kinasih di taman. Ibu Radin marah karena Banyu tidak menolong anaknya. Di akhir film, Banyu menuliskan surat untuk Radin. Surat itu dibaca oleh Radin dan ibunya. Reaksi mereka diam dan menangis. 

Makna konotasi dari adegan Banyu yang hanya diam saja dapat diartikan sebagai tokoh yang memang mengidap spektrum autisme karena memang film ini bercerita tentang seseorang yang mengidap kelainan yaitu autisme. Sehingga, hal ini ditonjolkan secara konotasi di adegan awal. Banyu dibawa oleh Eyang Uti ke psikolog yang bermakna bahwa memang Eyang Uti sudah tahu perbedaan sikap Banyu yang berbeda dengan anak seumurannya. Sehingga, untuk membuktikan hal itu, Dia membawa Banyu ke psikolog. Kedua sahabat yang mau menemani Banyu ini bermakna bahwa masih ada orang yang mau berteman dengannya, meskipun memiliki kelainan. Surprise yang diberikan kepada Kinasih bermakna kasih sayang yang amat besar kepada Kinasih. Ibu Radin marah kepada Banyu karena wujud dari emosi yang tidak bisa terkontrol karena anaknya  sakit dan wujud sayang kepada anaknya. Banyu menuliskan surat untuk Radin sebagai makna bahwa Dia sudah tidak berbicara langsung lagi dan memiliki firasat sudah tidak dapat hidup lebih lama lagi. Tangisan dari Radin dan ibunya setelah membaca surat itu adalah diam dan menangis sebagai makna sedih karena tidak dapat bertemu Banyu lagi, makna penyesalan dari ibunya Radin Karena sudah berprasangka buruk kepada Banyu, dan makna marah Radin kepada ibunya karena mengetahui bahwa ibunya yang menyebabkan Banyu tiada.

Mitos yang ada dalam film ini yaitu, kebanyakan orang berasumsi bahwa orang yang memiliki kelainan akan sulit untuk mendapatkan teman bahkan tidak akan mempunyai teman.. Pada kenyataannya memang cukup sulit untuk akhirnya seseorang yang berkelainan khusus mendapatkan teman. Namun, bukan berarti tidak akan dapat mempunyai teman. Teman bukan hanya yang seumuran atau sebaya, melainkan siapa saja yang mau berteman dan saling bercerita.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline