Lihat ke Halaman Asli

Kusrini

Mahasiwa

Menghargai Keberagaman dalam Bingkai Kebhinnekaan Tunggal Ika di Sekolah Dasar

Diperbarui: 9 November 2024   18:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Indonesia merupakan negara yang memiliki keberagaman, baik keberagaman budaya, ras, agama, suku, adat istiadat maupun bahasa daerah. Meskipun Indonesia terdiri dari ragam wilayah kepulauan tetapi dengan konsep "Bhinneka Tunggal Ika", Indonesia mampu menjadi negara yang bersatu dalam satu kesatuan. Bhinneka tunggal ika memiliki arti berbeda-beda tetapi tetap satu. Dimana kita harus tetap bersatu meskipun berbeda dengan saling menghargai dan menghormati antar individu.

Menghargai dan menghormati keberagaman dalam bingkai kebhinnekaan tunggal ika harus kita ajarkan sejak dini. Dengan menanamkan nilai-nilai ini terhadap keberagaman, kita dapat mempersiapkan generasi muda yang berkarakter. Usia anak sekolah dasar merupakan usia yang sangat ideal untuk mengajarkan arti bhineka tunggal ika. Sekolah dasar sebagai lembaga pendidikan yang memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter seorang anak, untuk dapat menjadi pribadi yang toleran, cinta damai dan menghargai perbedaan.

Pendidikan kewarganegaraan adalah salah satu materi ajar di sekolah dasar yang mengajarkan anak untuk menghargai keberagaman. Agar penyampaian materi ini dapat berhasil, maka seorang guru harus menjadi model atau memberi contoh bagaiaman cara menghargai orang lain yang memiliki perbedaan. Meskipun pentingnya nilai-nilai ini sudah di pahami, tetapi kita juga harus melakukan aksi nyata. Agar anak-anak juga dapat menerapkannya di kehidupan sehari-hari.

Ada beberapa tantangan dalam menerapkan nilai-nilai keberagaman di sekolah dasar. Seperti masih ada guru atau tenaga pendidik yang belum paham sepenuhnya tentang arti keberagaman dan kesulitan dalam mengelola kelas yang berisi keberagaman karakter siswa, lingkungan sekolah yang kurang mendukung (masih adanya diskriminasi dan kurang tegas terhadap peraturan sekolah), kurikilum yang mungkin belum sepenuhnya memuat tentang toleransi dan keberagaman, dan perbedaan persepsi siswa tentang keberagaman serta kecenderungan siswa yang berkelompok hanya dengan teman yang memiliki kesamaan. Selain itu pengaruh media massa juga ikut andil dalam tantangan tersebut. Seperti berita hoax dan berit-berita konflik yang dapat mempengaruhi persepsi anak terhadap perbedaan kelompok.

Lalu bagaimana solusinya? Solusi untuk mengatasi tantangan ini adalah dengan adanya pelatihan guru untuk meningkatkan pemahaman dan kualitas mengajarnya, pengembangan kurikulum tentang keragaman di mata pelajaran yang lain, adanya keja sama antara lingkungan sekolah, keluarga dan lingkungan masyarakat untuk mendukung keberagaman, dan memanfaatkan teknologi dalam mensosialisasikan makna menghargai keberagaman.

Dengan memberikan pemahaman tentang pentingnya sikap menghormati dan menghargai keberagaman dalam bingkai kebhinnekaan tunggal ika, diharapkan nilai-nilai keberagaman dapat tertanam dengan baik pada siswa sejak usia dini, sehingga mereka tumbuh menjadi individu yang toleran, menghargai perbedaan, dan mampu hidup berdampingan dengan siapa saja. Kita juga dapat memebangun Indonesia menjadi lebih maju, adil dan damai.

Sumber:  https://cdn-gbelajar.simpkb.id/s3/p3k/PGSD/PPKN/Modul%20Pembelajaran/PPKn_Pembelajaran-4.pdf

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline