Rabu sd Kamis tanggal 7 sd 8 Juli 2021 KPHK Taman Hutan Raya Wan Abdul Rachman Lampung (TAHURA WAR) melaksanakan kegiatan SMART Patrol, patroli pintar berbasis informasi handal di Register 19 Gunung Betung.
SMART Patrol (Spatial Monitoring and Reporting Tool) yang dikembangkan oleh WCS (Wildlife Conservation Society) merupakan alat untuk mencatat dan melaporkan kegiatan patroli secara spasial sehingga memberikan data yang akurat dan bisa dipertanggung jawabkan yang dapat dipergunakan untuk membuat rencana pengelolaan yang lebih baik, mengevaluasi dan mengimplementasikan aksi konservasi serta meningkatkan akuntabilitas. SMART Patrol dilengkapi perangkat untuk merencanakan, mendokumentasikan, menganalisis, melaporkan, serta mengelola data keanekaragaman hayati, data ancaman dari tindakan aktivitas manusia pada jalur pengamatan yang telah ditentukan.
Tim TAHURA WAR yang terdiri dari 23 orang dari Pejabat struktural, Polisi Kehutanan, Penyuluh Kehutanan dan staf KPHK TAHURA WAR, dibagi dalam 3 tim. Tim 1 memulai pengamatan dari Pos Wiyono, Tim 2 memulai pengamatan dari batas desa Sungai Langka dan Tim 3 memulai pengamatan dari batas kelurahan Sumber Agung dan masing-masing tim didampingi oleh seorang mitra KPHK.
Ketiga tim ini, Rabu pagi kurang lebih pukul 08.00 WIB mulai bergerak dari titik awal masing-masing dan berjalan menuju tugu triangulasi/puncak Gunung Betung. Ketiga tim akan bertemu di puncak Betung dan bersama-sama menuju keramat Prabu Siliwangi kemudian turun membuka jalur baru menuju gubug Askan melalui Talang Riau. Di sepanjang perjalanan melakukan pengamatan dan pencatatan serta mendokumentasikan keberadaan satwa liar; tumbuhan dan aktivitas manusia (pembalakan, perburuan satwa, pengambilan hasil hutan bukan kayu, kebakaran hutan dan lahan, bencana alam dsb) serta pengelolaan/tindakan yang dilakukan.
Pada kesempatan ini penulis mengikuti kegiatan ini dan tergabung dalam Tim 1 yang memulai pengamatan dari pos Wiyono, pada ketinggian 580 mdpl sampai ke puncak Gunung Betung pada tugu trianggulasi di ketinggian 1.240 mdpl.
Di awal perjalanan ditemukan aktivitas manusia berupa pemungutan getah karet yang masih berada di blok tradisional. Sedang di atas sana sempat terlihat melintas burung elang gunung. Menemani istirahat sejenak di Camping Ground terdengan suara kicauan burung-burung dan sesekali terdengar suara siamang.
Memasuki blok lindung, cukup banyak jejak keberadaan satwa liar dan pohon-pohon besar. Keberadaan satwa liar ini ditandai dengan jejak tapak kaki, kotoran, kubangan dsb.
Semua tanda-tanda keberadaan satwa ini dicatat, diukur dan didokumentasikan. Seperti ditemukannya kotoran macan akar, jejak-jejak babi hutan. Suara kicauan burung didokumentasikan dalam bentuk rekaman suara dan foto kalau memungkinkan.
Aktivitas manusia berupa perburuan satwa juga ditemukan, ditandai dengan keberadaan jerat babi hutan yang cukup panjang. Pohon-pohon besar juga masih cukup banyak ditemui, beberapa diambil dokumentasinya terutama yang ukurannya cukup besar, eksotis, langka, dan fungsi-fungsi lain.
Jalur perjalanan yang semakin mendaki membuat perjalanan dan pengamatan dilakukan dengan lambat. Merayap mendekati puncak, tak boleh berhenti lama-lama dan tetap harus waspada karena makhluk mungil penghisap darah sangat banyak ditemui di sepanjang jalur pendakian.
Dan jam 15.15 WIB Tim 1 sampai di puncak Betung pada ketinggian 1.240 mdpl serta tugu triangulasi yang sudah miring karena faktor usia dan faktor alam.