MUSIM HUJAN TIBA, BEGINI NASIB PETANI KARET DI MERANTI
Akibat musim hujan, nasib petani karet di Kabupaten Kepulauan Meranti saat ini terpuruk. Para petani karet ngeluh, dikarenakan mereka tidak bisa menyadap karet saat musim hujan tiba. Hal ini berdampak pada pendapatan masyarakat setempat.
Karena rata-rata kebutuhan sehari-hari masyarakat hanya tertumpu pada satu penghasilan yaitu getah karet. Kondisi ini menjadi penyebab banyak nya para petani karet yang menganggur sehingga beberapa masyarakat beralih profesi mencari pekerjaan lain, seperti berjualan, bahkan ada yang merantau ke negeri jiran (Malaysia) demi memenuhi kebutuhan hidup.
Seperti yang di alami oleh salah satu petani karet, Marina (43) warga desa Dedap, Kecamatan Tasik Putri Puyu.
" Hujan tiap hari turun, sehingga kami sebagai petani karet tidak bisa berbuat apa-apa. Biasanya dalam seminggu bisa lima kali menyadap, namun untuk saat ini paling banyak dua kali, itupun kadang belum selesai nyadap hujan dah turun, sehingga getah yang dikumpulkan terbuang sia-sia tertimpa hujan. Bahkan dalam seminggu ada yang tidak bisa menyadap sama sekali karena hujan turun hampir tiap hari.
Jikalau pun penyadapan karet tetap di lakukan akan percuma, lateks tidak akan mengalir melewati alur sadapan. Sehingga lateks yang dihasilkan akan berceceran dan akan sulit di tampung ", keluhnya.
Hal senada juga di sampaikan oleh Ramiyani (48) " Selama hujan beberapa bulan terakhir ini, kami tidak bisa untuk menyadap karet, ditambah harga jual karet yang rendah. Jadi selama musim hujan, kami hanya mengandalkan pinang yang ada untuk di jual. Itu pun pinang perlu panas matahari.
Jika hujan terus, gimana pinang mau di jemur. Untungnya rumah kami berdekatan dengan sekolah, sehingga bisa mencari kerja sampingan dengan berjualan, yang mana dari hasil jualan tersebut bisa kami gunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari."
Lebih miris lagi bagi petani karet yang tidak memiliki pekerjaan sampingan, terpaksa harus menunggu batang getah kering . Bahkan ada beberapa petani karet yang menyadap hanya mengambil upah, dan kemudian hasil nya di bagi dua dengan pemilik lahan. Hal ini tentu sangat menyulitkan bagi mereka.
Yanto (48), Petani karet lainnya juga mengatakan semenjak musim hujan aktivitas ekonomi petani karet terhenti, angka pendapatan selama musim hujan turun drastis dibandingkan dengan saat cuaca panas.
" Saat musim panas, hasil petani karet per hektarnya bisa menghasilkan 10 kg dengan harga karet Rp.7.000 per Kg, maka pendapatan per harinyan Rp 70.000. Tetapi saat musim hujan sekarang, hasil karet per hektarnya merosot drastis hingga 50%. Yang tadinya 10 Kg per hektar menjadi 5 kg per hektar." Sebut Yanto pula.