Lihat ke Halaman Asli

Sri Harini

Pribadi

Ketika Kepercayaan Tak Ada Lagi dalam Genggaman

Diperbarui: 18 April 2018   00:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terbang Menembus Malam (Flickr/John Dalkin)

Membangun kepercayaan, ibarat membangun gedung di atas pasir. Sangat banyak yang harus dilalui agar bangunan yang didirikan menjadi kokoh dan tidak mudah terkena goyangan. Termasuk juga tidak mudah mengurus agar bangunan itu bisa berdiri di tengah dentuman ombak yang tak henti mencoba merubuhkannya.

Pada sebagian kita, kepercyaan itu sangat mudah diberikan kepada orang orang tertentu. Tetapi di bagian lain, kepercayaan yang  diberikan kepada seseorang malah disalahgunakan. Tetapi itulah dinamika kehidupan yang akan dilalui setip manusia dalam perjalanan hidupmya.

Beberapa cara ditempuh seseorang dan juga sebagian besar manusia agar kepercayaan dapat terbangun secara baik di antara mereka. Karena kepercayaan ini menjadi penting bagi kehidupan sosial yang menjadi kebutuhan pokok tiap hidup manusia. Cara yang bisa ditempuh untuk membangun kepercayaan adalah dengan mangemukakan segala sesuatu yang dilandasi kejujuran. 

Kejujuran menjadi sendi utama dalam pergaulan yang menuju kepercayaan para pihak yang ada di dalamnya. Kejujuran ini juga akan menjadikan komunikasi menjadi lebih ringan dan setara. Kejujuran, akan menjadikan hati para pihak menjadi jernih dan inilah yang akan menjadi energi positif yang menghidupkan komunikasi kedua belah pihak. 

Cara yang lain untuk membangun komunikasi dan kepercayaan dalam komunikasi kedua pihak adalah karakter untuk menjaga rahasia orang lain, terutama rahasia dari orang yang telah mempercayai kita. Dengan menjaga rahasia orang yang kita jadikan teman atau bahkan saudara, maka insya Allah menjadikan tingkat kepercayaan makin hari makin tinggi.

Hal ini penting dilakukan karena setiap manusia mempunyai sisi lain yang tidak diinginkan untuk diketahui apalagi menjadi bahan pembicaraan dari masyarakat sekitarnya.

Ketika kedua hal tersebut tidak ada lagi dalam sebuah komunikasi, maka yang ada adalah kehampaan hubungan. Atau jikapun masih ada warnanya menjadi tidak jernih lagi, melainkan abu abu. Ada komunikasi namun yang terekam adalah kamuflase dan kepalsuan. 

Dan ini akan sangat mengganggu kedua belah pihak pada perjalanan komunikasinya. Kamuflase dan kepalsuan, serapi apapun disembunyikan akan tetap menguar aromanya di satu waktu yang ada pada kedua belah pihak.

Banyak bukti dan pengalaman yang membuktikannya. Bahkan persaudaraanpun bisa menjadi rusak hanya karena faktor kepercayaan sudah tidak ada lagi di antara kedua belah pihak yang berkomunikasi. Persaudaraan di sini, bisa diartikan sebagai saudara dengan hubungan darah, maupun persaudaraan yang terjalin karena kedekatan hati dan keterpaduan perasaan.  

Semua merupakan proses komunikasi antar manusia yang terus berjalan. Waktu yang akan menjadi saksi apakah persaudaraan akan menjadi langgeng dengan tetap memegang teguh kepercayaan yyang diberikan oleh saudara kita, ataukah sebaliknya. Kepercayaan menjadi hancur dan tidak menyisakan apapun selain rasa sakit dan sedih yang akan dialami sepanjang perjalanan komunikasi yang tersisa. 

Dan jikapun kepercayaan itu sudah terlanjur ternodai, inipun bukan kiamat berarti, karena keluasan hati dan kesabaran dari orang yang telah "dikhianati" kepercayaannya mampu menjadi perekat kembali persaudaraan yang syah dan memberikan kontribusi terbaik untuk kebaikan dan kejayaan untuk negeri.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline