Lihat ke Halaman Asli

rini dwi andita

Lulusan S1 ilmu komunikasi di Umy

Orang yang Gagal

Diperbarui: 19 Oktober 2019   14:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Image: pinterest.com

"Assalamualaikum...!" 

"Wa'alaikum Salam", jawab emakku.

Aku hampiri beliau yang sedang menyusun barang di toko kami. Semenjak ayahku meninggal 3 tahun lalu, emaklah yang kemudian bekerja, dari toko kecil inilah aku hidup. Aku merupakan anak satu satunya beliau. Segera kuhampiri beliau, dan kucium tangannya. Kuturunkan tas di punggungku, dan hendak membantu mengangkat sekardus gula yang hendak disusun ibuku di atas.

" Udah ga usah, makan sana ibu sudah masakin makanan kesukaan kamu, habis itu istirahat aja tidur, biar nanti malem belajarnya ga ngantuk", kata ibu. 

Emak memang ga pernah mau jika aku membantunya, emak selalu mengerjakan pekerjaannya sendirian. Beliau hanya memintaku untuk belajar dan jadi anak pintar, begitu beliau bilang. Dan benar saja, aku tumbuh menjadi anak yang cerdas, bahkan selalu menjadi peringkat pertama di kelasku. Aku menjadi anak kebanggan emak, di setiap obrolan pasti beliau selalu memamerkan kepintaran aku di depan tetangga.

Keberuntunganku di dunia pendidikan semakin menyertaiku, aku diterima di sebuah perguruan tinggi negeri di ibukota tanpa tes. Jurusan kedokteran, sebuah jurusan yang diminati oleh orang orang di negeri ini. Aku berangkat ke ibukota sendirian, dengan mengantongi beberapa lembar uang. Semua pendidikanku berjalan lancar, uang bulananpun selalu dikirim ibuku tepat waktu tanpa aku ketahui bagaimana ibuku pontang panting membiayaiku hidup di kota besar ini. Yang aku tau setiap berkirim surat kepada ibuku, beliau selalu bilang, 

" Kamu sekolah aja yang bener Le, biar jadi orang sukses, ga usah mikirin biaya".

Begitu selalu nasehat emak. Perkataan emak seperti candu buatku yang terus terngiang di telingaku "Sukses" itu satu satunya tujuanku. Dan untungnya aku termasuk mahasiswa yang pandai, sehingga aku sering mendapatkan beasiswa.

Kuliahku selesai sempurna tanpa kendala yang berarti dan nilai yang memuaskan. Aku menjadi seorang dokter muda di sebuah rumas sakit ternama di ibukota. Status mentereng yang begitu banyak diirikan orang. Sudah satu bulan aku kerja di rumah sakit ini.

"Kriiinnngggggg....."tiba tiba telfon di ruanganku berbunyi". 

"Assalamualaikum".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline