Lihat ke Halaman Asli

Storin

🌻

Elegi Romantisme 1000 Tahun Lagi

Diperbarui: 4 September 2020   19:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrator: Bd Chandra.

Genap satu minggu kepergian sastrawan Indonesia Sapardi Djoko Damono meninggalkan kita. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya pada hari Minggu 19 Juli lalu, sekitar pukul 09:17 WIB di Rumah Sakit Eka Hospital BSD, Tanggerang Selatan.

Masih menjadi duka untuk kita semua, tetapi beliau akan tetap hidup didalam syair-syair puisinya yang akan abadi melengendaris dikehidupan setiap insan. Untuk sekedar saling mengingatkan, saya akan menuliskan kembali beberapa puisi beliau.


AKU  INGIN

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana;
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan yang menjadikannya tiada.

Betapa kuat magis yang diciptakan olehnya, tragis kita semua larut didalam krisis memahami arti mencinta. Puisinya mampu memberi warna untuk perjalanan seorang menemukan makna kehidupan. Bagi saya, menyampaikan rasa pada renjana adalah kejayaan peradaban cinta.

Ada juga puisi beliau yang berjudul:


YANG FANA ADALAH WAKTU

Yang Fana adalah waktu. Kita abadi;
memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga

Sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline