Lihat ke Halaman Asli

Rini Nurfaniati

NIM 5130020082

Dampak Covid-19

Diperbarui: 7 Mei 2021   09:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Tahun lalu merupakan tahun yang sangat menyedihkan bagiku. Kenapa bisa seperti itu, karena tahun lalu pada saat Ramadan kita semua dilarang untuk beribadah layaknya Ramadhan biasanya dan di larang untuk mudik. 

Saat itu, ketika semua orang upload foto mereka bersama dengan keluarganya hati ini terasa sangat sakit sekali apalagi mereka pamer dengan keakraban, kebersamaan, dan canda tawa dengan keluarga mereka yang begitu hangat, air mataku selalu menyedihkan, dan rasanya sangat hangat sekali ingin berada di posisi itu. 

Namun bagaimanapun juga aku di perantauan harus bersabar menghadapi semua cobaan yang ada karena semua ini tidak luput dari campur tangan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Saya yakin Allah pasti punya rencana yang sangat indah untuk hambanya. 

Saat itu aku tinggal di pondok pesantren di daerah Surabaya yang mana pada saat itu covid sangat besar potensinya di daerahku atau bisa dibilang saat itu daerahku bukan di zona merah lagi tapi sudah zona hitam. 

Perasaan takut khawatir seakan mencekam selalu menggebu-gebu ingin menangis, aku ingin pulang tapi bagaimanapun juga tidak ada yang bisa mengantarkan pulang, kendaraan-kendaraan sudah tidak ada yang beroperasi lagi semua masyarakat Lockdown bahkan penjual makanan pun ikut menutup warung-warung mereka. Bahkan toko peralatan perlengkapan Alfamart Indomaret pun juga membatasi jam operasional mereka. 

Saat itu memang yang saat yang paling menyedihkan bagiku diantara tahun-tahun sebelumnya. Kalaupun menangis rasanya sudah tidak ada lagi air mata dan untuk berteriak suaraku sudah tak ada lagi. Namun aku masih bisa pulang yang ketika sudah H + 3 lebaran. 

Orang tuaku di rumah juga sangat khawatir dengan keadaanku melihat di televisi begitu keruhnya berita yang membahas tentang daerahku ku yang begitu mencekam dan setiap hari banyak korban berjatuhan. Setiap hari orang tuaku menelponku untuk memastikan Bagaimana keadaanku mereka terus menangis dan memintaku untuk segera pulang. 

Aku sebenarnya juga ingin pulang namun bagaimana aku bisa pulang jika kendaraan saja sudah Wah tidak beroperasi lagi dimana-mana ada cegatan polisi selalu mengintai di mana-mana. 

Seringkali Aku berfikir bahwa Akankah Lebaran tahun lalu akan terulang di tahun ini ataukah tahun ini akan menjadi lebih baik atau buruk daripada tahun lalu, pertanyaan itu selalu mengitari kepalaku. Namun aku masih tetap optimis dan penuh semangat bahwa Lebaran tahun ini pasti akan jauh lebih baik daripada tahun lalu.

Berdasarkan tulisan diatas saya sungguhkan guna memenuhi Tugas bahasa indonesia untuk ujian tengah semester yang diampu oleh dosen Bapak Rudi Umar Susanto, S,pd., Mpd

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline