Lihat ke Halaman Asli

Rini Nurfaniati

NIM 5130020082

Berubah adalah Pilihan

Diperbarui: 7 Mei 2021   09:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jalan mana yang harus kalian tempuh jika kalian tau kalian berada disebuah kehancuran, bukan diambang melainkan sudah terjun kedalamnya. Itu mungkin sebutan bagi anak brokenhome yang dia ketahui semua hidupnya sudah selesai. Bahkan mereka berfikir siapa yang akan ia buat bangga  atas kesuksesannya, menemaninya tatkala sedih, susah, siapa? Yang sebenarnya itu semua bukanlah akhir, itu semua adalah jalan yang harus kalian tempuh untuk tumbuh menjadi anak yang kuat anak yang tidak akan menyusahkan oranglain ketika mereka bisa mengerjakannya sendiri.

Di mata oranglain anak brokenhome anak yang sudah tidak punya masadepan, anak yang kurang ajar pendidikannya, kasih sayangnya, terlihat nakal, bahkan sampai dipandang berandal. Karna apa? Karna mereka mengira panutan pertama (ayah) yang bisa memimpin keluarga  sudah pergi meninggalkannya hanya menyisakan ibu yang berjuang mati-matian sendiri untuk membahagiakan anaknya. Mereka hanya bisa menilai dari luar. Mereka tidak akan tahu apa yang kalian rasakan bahkan  merekapun  tidak akan lelah merendahkan, mencemooh, bahkan sampai memaki. 

Kalian pasti berfikirkan kenapa mereka bisa setega itu terhadap kalian? Padahal mereka tidak tahu berada diposisi yang tidak diharapkan itu sangat tidak enak rasa marah, depresi, rasa ingin bunuh diri itu selalu menghantui selalu hadir dalam diri kita karna kita merasa bahwa kita lah penyebab kesalahan brokenhome itu terjadi. Kita yang selalu beranggapan bahwa kita menjadi penyebabnya tidak heran anak-anak diluar sana melampiaskan nya dengan diluar malar itu karena saking depresinya mereka terlihat bahagia itu sangat beban bagi mereka karena mereka berfikir jika aku tidak bisa membuat diri aku bahagia lantas kenapa aku bisa membuat oranglain bahagia? Keterpurukan yang dirasakan mereka sebenarnya membawa malapetaka terbesar jika tidak bisa mengendalikan dengan baik.

Namun dari semua yang dirasakan anak brokenhome ada yang bisa merubah dirinya menjadi lebih baik, menjadi lebih manfaat untuk oranglain, karena mereka bisa, mereka bisa mengendalikan diri mereka dari segala apapun yang mereka rasakan. Terasa sangat sulit memang, tapi kalian tidak bisa menyerah begitu saja. Karna jikalau kalian menyerah orang-orang yang merendahkan kalian akan merasa menang akan merasa betul karna ucapan mereka tidak salah, bahwa anak brokenhome itu rusak padahal kita tidak se rusak yang mereka katakan. 

Maka dari itu untuk melawan asumsi orang-orang yang hanya membuka mulut tanpa berfikir, kalian harus berubah, kalian harus membuktikan bahwa kalian bisa menjadi anak yang baik bahkan terbaik, bungkam mulut mereka dengan kesuksesan kalian, angkat derajat ibu dan bahagiakan beliau . Kubur dalam-dalam, kata-kata kotor yang pernah terdengar dan dilontarkan ke kalian yang tentu membuat kalian sakit hati jika mengingatnya. Tidak ada kepuasan selain kemenangan kita sendiri dan jerih payah kita sendiri  dari orang-orang yang memandang kita jelek.

Buat teman-teman yang pernah ataupun sedang mengalami hal seperti diatas jangan lemah ya, jangan rapuh juga, benar kita memang tidak ada orangtua utuh tapi kita punya Tuhan yang tidak akan pernah meninggalkan kita sampai kapanpun. Tuhan lebih tahu apa yang kita rasakan daripada mereka yang hanya berasumsi. Diambil hikmah yang bisa kalian petik dari cerita ini. 

Berdasarkan tulisan diatas saya sungguhkan guna memenuhi Tugas bahasa indonesia untuk ujian tengah semester yang diampu oleh dosen Bapak Rudi Umar Susanto, S,pd., Mpd




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline