Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Cermin Diri

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Karakter diri adalah hal yang fundamental dalam setiap diri manusia, seperti sebuah ungkapan yang berbunyi Knowledge is Power but Character is More. Karakter menentukan bagaimana seseorang berperilaku, menjalin hubungan antar personal serta memberi pengaruh pada sudut pandang atau cara pikir seseorang dalam berbagai hal. Karakter dapat dikatakan sebagai jiwa atau roh yang mengisi raga dari seorang manusia dan karakter itu akan lebih banyak dibentuk secara sengaja oleh masing-masing manusia itu sendiri.

Memang banyak cara untuk bisa membentuk sebuah karakter diri yang ideal namun yang sering dilupakan adalah tak banyak individu yang mau untuk mengenal karakter diri mereka masing-masing. Padahal untuk membentuk karakter diri hal yang paling dasar dan menentukan adalah bagaimana seseorang mampu untuk mengenal dirinya sendiri dan menganalisis karakter diri mereka masing-masing. Pengenalan diri ini akan meningkatkan efektifitas dari setiap pembentukan karakter yang dilakukan karena tak semua cara-cara pembentukan karakter sesuai dengan karakter diri masing-masing.

Mengambil salah satu cara dalam psikologi jawa bahwa untuk bisa jauh mengenal diri sendiri adalah dengan mawas diri. Mawas diri dapat dipahami sebagai upaya untuk memahami diri sendiri, keinginan-keinginan sendiri, dan susah senangnya sendiri. Mawas diri ini jika dilakukan dengan benar maka selanjutnya akan menuju tahap pemahaman diri, penyerahan diri serta pada akhirnya sampai pada penyadaran diri. Tidak mudah memang untuk menjadi seorang pribadi yang mawas diri, banyak kendala bagi seorang manusia untuk bisa menjadi seorang yang mawas diri.

Manusia pada dasarnya cemas dan khawatir untuk meneliti diri mereka sendiri, mereka cemas dan khawatir menemukan kenyataan-kenyataan diri yang tidak menyenangkan. Seseorang akan cenderung menghindari ketika mereka menemukan kelemahan mereka, berusaha untuk menutupinya dan menyembunyikannya jauh di dalam pikiran mereka sehingga orang lain tak akan melihatnya. Padahal untuk bisa mawas diri atau meneliti lebih jauh tentang diri sendiri dibutuhkan keterbukaan pada diri sendiri, dibutuhkan penerimaan diri dan menerima apa adanya semua yang ada dalam diri sendiri sekalipun itu adalah hal yang buruk. Untuk mampu mengenal dan menerima diri sendiri memang diperlukan langkah-langkah nyata dalam rangka untuk memahami lebih jauh tentang diri sendiri.

Melakukan perbincangan dengan diri sendiri bisa menjadi salah satu langkah untuk mengenal jauh tentang karakter diri. Perlu rasa bebas, perhatian terpusat yang artinya kini di sini saya memperhatikan dulu saya di sana atau yang lebih mudahnya dapat diartikan sebagai sebuah perenungan yang reflektif untuk melihat jauh ke dalam tentang karakter diri.

Perenungan diri ini dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan pada diri sendiri seperti misalnya, siapakah saya? Bagaimana saya bisa menjadi seperti diri saya sekarang ini? Bagaimana saya ketika berhubungan dengan orang lain? Mengapa saya ada di dunia ini? Apa tujuan hidup saya? dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan itu nantinya akan direnungkan dan dipikirkan untuk pada akhirnya menemukan jawaban-jawaban yang tentunya tidak memuaskan tetapi setidaknya membuka jalan untuk mengenal lebih jauh tentang diri sendiri.

Jawaban-jawaban itu akan menuntun lebih dalam untuk mengenal karakter diri apa saja yang dimiliki, karakter yang baik maupun karakter yang buruk. Selanjutnya akan ada perenungan lebih jauh lagi untuk meneliti karakter diri itu secara objektif dan sebagaimana adanya.Dari perenungan tentang karakter diri itu maka selanjutnya seorang individu akan bisa jauh mengenal dirinya sendiri dan tentunya itu akan berguna dalam pembentukan karakter seperti apa yang diinginkan di masa yang akan datang.

Ketika masing-masing individu sudah mengetahu karakter diri mereka masing-masing maka selanjutnya mulai masuk pada tahap pengembangan karakter. Ada banyak pembahasan mengenai karakter ideal apa saja yang bisa dibentuk seperti misalnya karakter seorang pemimpin yang memiliki kharisma yang digagas oleh John C Maxwell. John C Maxwell menyebutkan bahwa ada 4 karakter seorang pemimpin yang berkharisma yaitu mencintai kehidupan, menghargai orang lain, membangkitkan harapan, dan mau berbagi.Tak hanya itu ada pula karakter yang ideal adalah mereka yang disiplin, tegas, arif dan bijaksana, serta memiliki rasa empati pada orang lain.

Pada akhirnya pembentukan karakter itu memang diperlukan untuk membentuk seseorang yang bisa berguna bagi sesama. Karakter diri itu juga nantinya akan ikut menentukan karakter sebuah bangsa. Maka agar dapat membentuk sebuah karakter yang ideal tentunya harus melakukan hal yang sangat  mendasar yaitu pengenalan dan pemahaman mengenai karakter diri masing-masing terlebih dahulu.  Dari pengenalan karakter diri itu maka selanjutnya akan lebih mudah dalam hal pembentukan karakter seorang individu dan itu tentunya  dimulai dengan keterbukaan dalam menerima cerminan diri.

Sebuah Cerita Beragam Makna

Daftar Pustaka

Jatman, Darmanto. 2011. Psikologi Jawa. Yogyakarta: Yayasan Kayoman.

Pearson, Pat. 2006. Stop Self-Sabotage. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Setyono, Ariesandi dan Adi W.Gunawan. 2007. Manage Your Mind for Success. Jakarta: PT  Gramedia Pustaka Utama.

Soedarsono, Soemarno. 2005. Hasrat untuk Berubah. Jakarta: PT Elexmedia Komputindo.

Winarti, Euis. 2007. Pengembangan Kepribadian. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline