Lihat ke Halaman Asli

rindu rasyid

Penulis di dunia pendidikan

Begini Etika Penanganan Hewan Uji Coba, Tak Boleh Sembarangan

Diperbarui: 13 Mei 2019   11:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Esaunggul.ac.id, Komisi Pengawasan Kesejahteraan dan Penggunaan Hewan Penelitian, Pengujian, penangkaran dan pendidikan, Drh. Fitriya N.A Dewi, Ph.D., Cert. LAM dalam materi kuliah tamunya di Universitas Esa Unggul, Jumat (10/05) lalu,  mengatakan terdapat sejumlah penanganan yang dapat dilakukan seorang peneliti dalam penanganan dan Pengendalian Hewan Uji Coba seperti Mencit, Tikus dan Kelinci.

Pertama sebelum memulai penanganan Hewan, Fitriya mengatakan sebaiknya menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesuai mengikuti prosedur yang berlaku dan mempertimbangkan resiko keselamatan kerja dan pastikan peniliti yang menjalankan uji hewan telah terlatih dalam hal ini tidak tergesa-gesa serta dapat memahami penanganan kecelakaan kerja apabila tergigit atau tercakar.

"Pastikan ketika anda melakukan Uji Coba, kalian sudah terlatih untuk melakukanya. Seorang peneliti yang melakukan uji hewan juga harus mengetahui dan memahami tingkah hewan yang diperiksa seperti mengetahui hewan sangat sensitif terhadap suara dan bau, hal tersebut dapat memancing agresifitas hewan, dan jangan membuat suara yang mengangetkan saat memasuki fasilitas hewan nokturnal dan perlu diingat hewan betina sangat protektif terhadap anak-anaknya," ujar Fitriya.

Dalam penanganan pada hewan terdapat prosedur yang berbeda-beda seperti pada mencit seorang peneliti harus mengamati level aktivitas hewan karena beberapa mencit sangat agresif, sebaiknya dalam melakukan uji hewan mencit tidak diangkat dengan cara mengambil/memegang pangkal ekor dengan jari. 

Sementara untuk kelinci, penanganan lebih ditujukan kepada kaki belakang dan penanganan terhadap tenaga kelinciyang lebih besar ketimbang mencit dan tikus. Perlu diingat jangan mengangkat atau merestraint hewan dengan memegang telinga.

Diakhir kuliah tamunya, Fitriya berharap kuliah tamu ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih banyak terhadap sejumlah mahasiswa Esa Unggul khususnya mahasiswa Program Studi Farmasi mengenai sejumlah teknik uji hewan. "mudah-mudahan kuliah tamu ini memberikan gambaran yang  lebih banyak kepada para mahasiswa terkait sejumlah teknis uji hewan sesuai prosedur yang telah ditentukan, sehingga mahasiswa dapat bertindak profesional serta bertanggung jawab terhadap apa yang telah dikerjakan," tutupnya.

Kuliah tamu ini diselenggarakan oleh Program Studi Farmasi yang bertujuan untuk memberikan informasi serta pengetahuan bagi sejumlah mahasiswa Farmasi UEU agar mampu melakukan uji hewan sesuai prosedur yang telah ditetapkan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline