Lihat ke Halaman Asli

Sebuah Pilihan Pasti bagi Perempuan

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:33

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Life is a choice. Sudah sering kita mendengarnya, bahkan menjadi perbincangan sehari-hari bahwa hidup adalah pilihan. Itu benar, tapi tidak sepenuhnya benar bagi perempuan. Hidup mereka tidak sepenuhnya ditentukan oleh pilihan hidup mereka sendiri, melainkan lebih condong tergantung pada keluarga mereka. Tiap menghadapi pernikahan dengan adat jawa, terdengar istilah pilihlah wanita yang mampu memberikan 3M (masak, macak, manak). Did you hear that? Maka bagi keluarga dengan prinsip 3M ini perempuan akan selalu dianggap ‘sekedar’ ibu rumah tangga.

Seiring dengan perkembangan emansipasi wanita dan feminisme seringkali masyarakat beranggapan sudah bukan jamannya perempuan hanya berada di rumah mengurus keluarga. Eksistensi sindrom emansipasi terlihat ketika perempuan yang lulus sarjana dan bekarir dianggap lebih membanggakan daripada menjadi ibu rumah tangga. Perempuan yang sukses diartikan sebagai mereka yang mandiri dan berkecukupan karena tidak bergantung pada kaum laki-laki. Fenomena wanita karir perkotaan yang mencari nafkah hingga jarang bertemu dengan keluarganya karena tuntutan profesi semakin marak. Mereka telah kehilangan waktu emas melihat perkembangan anak-anaknya karena terlalu sibuk dengan pekerjaan di kantor, sedangkan anak mereka menghabiskan waktu bersama babysitter atau pembantu di rumah.

Konsentrasi wanita ini adalah karirnya. Tanggung jawab mereka adalah pekerjaannya. Hasilnya mereka sukses walaupun tidak dapat mencurahkan kasih sayang penuh pada anak. Bisa jadi banyaknya kasus kenakalan remaja dan degradasi moral bangsa saat ini juga akibat dari lalainya perempuan yang seharusnya memiliki profesi utama sebagai ibu.

Memang tidak bisa sepenuhnya menyalahkan wanita karir yang harus bekerja karena tuntutan kondisi keluarga. Namun kita juga tidak bisa menganggap remeh ‘wanita yang tidak bekerja’ yaitu ibu rumah tangga. Sebenarnya mereka bekerja walaupun tanpa gaji. Pekerjaan mereka tidak kalah beratnya dengan wanita karir atau boleh dikatakan lebih berat. Merapikan rumah, mencuci pakaian, berbelanja, memasak dan mencocokan menu masakan setiap hari yang tidak bisa dilakukan oleh semua perempuan adalah pekerjaan mereka. Selain itu ibu juga mengatur keuangan, menjaga hubungan baik dengan tetangga, menjaga kehormatan keluarga dan yang utama yaitu mendidik, memberi perhatian dan selalu ada untuk anaknya. Hal terakhir sangat penting mengingat ibu merupakan orang pertama yang memperkenalkan anak pada dunia.

Even the smallest thing has its value. Pertanyaan besar hari ini adalah masih pantaskah jika profesi ibu rumah tangga dipandang sebagai pekerjaan yang sepele? Tentu saja tidak. Terima kasih untuk semua para ibu yang sudah mendedikasikan waktu dan tubuhnya demi kebahagiaan keluarga. Seorang ibu yang bertangungjawab terhadap pekerjaan rumah dan keluarganya dengan tulus ikhlas. Sehingga bukankah sudah jelas bahwa perempuan memang bisa memilih menjadi wanita karir atau tidak. Namun satu pilihan yang pasti tidak dapat dirubah bahwa siap atau tidak wanita akan menjadi ibu bagi anaknya.

Orang bijak berkata bahwa manusia diberi kekuatan untuk merubah apa-apa yang dapat mereka ubah, namun jika tidak bisa manusia diberi kearifan untuk menerima apa-apa yang tidak bisa mereka ubah. Manusia juga diberikan kemampuan untuk membedakan mana yang bisa mereka ubah dan mana yang tidak. Emansipasi wanita yang mendukung kebebasan wanita untuk meninggalkan tugasnya sebagai ibu rumah tangga sangat bertentangan dengan takdir wanita itu sendiri. Hal yang paling membahagiakan dan membanggakan bagi wanita yaitu ketika mereka menjadi seorang ibu. Gelar, penghargaan, jabatan dan kemewahan tidak akan menyempurnakan hidupnya sebelum ia menjadi ibu. Setelah itu tidak cukup hanya menjadi ibu saja, tapi ia harus menjadi ibu yang berkualitas dengan bertanggung jawab terhadap tugasnya. Perlu kesadaran dan niat untuk menanamkan bahwa menjadi ibu rumah tangga tidak hanya sekedar pilihan yang pasti, tapi juga sebagai cita-cita dan target hidup. Oleh karenanya para perempuan, siapkan niat dan komitmen untuk menjadikannya sebuah prioritas mulia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline