Siapa yang tidak suka jalan-jalan? Walau secara mutlak tidak semua orang menyukainya, namun mayoritas penduduk bumi pastinya menyukai kegiatan tersebut. Jalan-jalan, atau biasa disebut dengan istilah Travelling merupakan salah satu kegiatan tadabbur alam dimana dengan melakukan hal tersebut kita dapat mengenal dunia lebih dekat dan menikmati betapa indahnya alam ciptaan Tuhan. Memang, resikonya pasti ada. Mulai dari dana yang harus di keluarkan yang tentunya tidak sedikit, fisik yang harus siap terbebani kelelahan karena pasti akan menguras banyak tenaga, dan seringkali taruhannya adalah kesehatan dan keseimbangan tubuh bagi yang fisiknya kurang kuat. Sebagian orang menganggap itu sebagai hambatan, namun ada pula sebagian orang yang menganggap bahwa itu bukan jadi masalah dan tidak menjadi alasan untuk berhenti travelling dan bertamasya menjelajahi indahnya bumi ini.
Termasuk diriku. Pada dasarnya, akupun termasuk salah seorang yang menyukai jalan-jalan. Namun ada satu hal yang menjadi hambatan ketika aku hendak berpergian, yakni kondisi tubuh yang sulit untuk menyesuaikan diri dengan suhu lingkungan, sehingga rentan masuk angin dan yang paling menyiksa bagiku adalah ketika melalui masa-masa di perjalanan, yakni mabuk kendaraan. Keluhan-keluhanku tersebut menjadikanku merasa enggan untuk berpergian jauh. Terkadang aku berpikir, ingin jalan-jalan, namun tidak ingin melewati masa-masa penderitaan saat di perjalanannya. Kemudian, permasalahan selanjutnya yakni, aku termasuk salah seorang yang kuranh percaya akan khasiat obat-obatan berbahan kimia. Sebab bagiku obat-obatan kimia tersebut kurang berpengaruh bagiku. Setiap hendak berpergian, aku selalu minum obat anti mabuk terlebih dahulu. Namun hasilnya sama saja. Mabuk tetap menyerangku. Bahkan aku sempat berpikir bahwa tidak ada lagi produk obat-obatan bermerk yang bisa dipercaya. Aku lebih percaya akan khasiat obat-obatan herbal atau paling tidak untuk sedikit mengurangi rasa mabuk kendaraan aku lebih suka memakai minyak aromatherapy, seperti minyak kayu putih, minyak angin dan sebagainya. Sebab, dengan memakai minyak-minyakan tersebut setidaknya mengurangi rasa mual dan pusing yang menyiksaku ketika mabuk kendaraan.
Sedari kecil aku paling takut apabila hendak berpergian jauh, sebab aku paling takut dengan yang namanya mabuk kendaraan. Bagiku, berpergian menjadi sesuatu yang meenyeramkan. Sebab bagiku, lebih baik bertahan lama untuk menahan sakitnya perut karena hendak BAB daripada harus menahan diri dari serangan mabuk kendaraan. Entah mengapa, baik itu menggunakan kendaraan roda dua atau roda empat, apalagi transportasi udara, aku selalu mabuk. sebelum perjalanan dimulai aku sudah meminum obat anti mabuk. Tapi semua itu tidak berpengaruh banyak untukku.
Aku tinggal di kota industri, tepatnya di Cikarang Utara, Bekasi. Kota yang memiliki suhu tinggi sehingga udaranya sangat panas ketika siang hari. Dikarenakan terbiasa hidup di daerah bersuhu tinggi, itu membuatku harus menyesuaikan diri ketika berdiam di daerah yang suhunya rendah. Dan, penyesuaianku terhadap suhu lingkungannya itu butuh waktu yang cukup lama juga seringkali kurasakan timbulnya gangguan-gangguan seperti meriang, kedinginan, masuk angin sampai kaligata. Itu juga termasuk dari alasan mengapa aku terkadang merasa ogah untuk berpergian jauh. Namun mau bagaimana lagi? Ayahku berasal dari Bandung dan ibuku berasal dari Klaten, Jawa Tengah. Lama perjalanan dari tempat tinggalku ke kota Bandung kira-kira sekitar 4 jam ditempuh dengan kendaraan beroda empat, sedangkan perjalanan ke Klaten dari tempat tinggalku yakni bisa mencapai 12 jam, bahkan lebih. Dan hampir setiap tahun ketika lebaran idul fitri atau bila ada kepentingan tertentu kami selalu berkunjung dan bersilaturahmi ke dua atau salah satu dari dua kampung halaman tersebut. Itu membuatku tidak bisa menghindari dari yang namanya berpergian jarak jauh, dan tak bisa menghindarkanku dari yang namanya mabuk kendaraan dan masuk angin saat telah sampai di kedua kampung halaman tersebut. Sebab udara di Bandung dan Klaten sangat dingin, jauh berbeda dengan di tempat tinggalku. Tak hanya ketika mudik, saat berjalan-jalan bersama teman-temanpun aku merasa tidak bahagia. Lagi-lagi karena mabuk kendaraan ketika di perjalanan. Lalu jika jalan-jalannya ke daerah yang bersuhu tinggi, sesampainya di lokasi tersebut pasti gejala-gejala penderitaanku itu menyerang. Itu benar-benar menyiksaku.
Awalnya aku sangat bingung dalam mengatasi semua ini. Aku sangat ingin menjelajahi isi bumi ini dengan bertamasya kesana-kemari. Namun ku pikir, aku tidak akan bisa melakukan ini semua apabila aku terus menerus lemah seperti ini. Jangankan untuk mengelilingi dunia, hanya mudik ke dua tempat saja sudah merasa tersiksa. Saat itu aku belum juga menemukan solusi yang tepat. Dengan menggunakan obat-obatan kimia, tidak berpengaruh. Dengan minyak aromatherapy pun hanya berpengaruh dalam jangka waktu yang singkat juga kurang akurat. Hingga pada suatu hari, ketika hendak pergi mudik ke kampung halaman ibu, ayahku memberiku satu suchet tolak angin kepadaku. Beliau bilang, tolak angin ini sangat terbukti khasiatnya dalam mengatasi masuk angin dan gejala-gejalanya, termasuk penderitaan-penderitaan ketika mabuk kendaraan. Saat itu aku masih duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Pada mulanya aku enggan meminumnya. Sebab, bagiku tolak angin memiliki rasa yang aneh ketika diminum. Pedas dan pahit yang begitu menyerang ke lidah membuatku enggan unntuk meminumnya. Namun setelah ku rasakan kembali, ternyata justru rasa pahit yang mencekam lidah dan pedas yang menyerang di tenggorokan itu menjadi penyegar dan penghangat setelah tetes demi tetes cairan tolak angin itu turun ke pencernaanku, seketika rasa mual itu hilang, dan aku merasa lebih baik dari sebelumnya. Lalu ketika di perjalanan aku merasakan sesuatu yang berbeda dari perjalanan-perjalanan yang sebelumnya. Aku merasa tidak mual samasekali setelah meminum satu suchet tolak angin. Dari situlah aku mulai menyukai produk-produk tolak angin.
Setelah itu, hingga perjalanan berakhir dan tiba saatnya kami sampai di lokasi tujuan, aku begitu bahagia sebab bisa menikmati perjalan dengan menyenagkan. Aku bisa menikmati indahnya pemandangan sepanjang perjalanan. Sungguh, moment itulah yang sangat ku harapkan sejal kecil, yakni bisa menikmati indahnya perjalanan ketika berpergian. Dan kali ini pertama kali aku bisa merasakannya. Pun ketika sampai di lokasi tujuan yakni di kampung ibuku yang merupakan daerah bersuhu rendah. Rasanya sangat dingin ketika malam hari. Biasanya pasti aku mengalami gejala-gejala yang tidak mengenakkan seperti masuk angin, sakit perut, kedinginan, meriang dan sebagainya. Namun, setelah ku minum lagi satu suchet tolak angin, gejala-gejala tersebut tidak timbul seperti biasanya. Dan akupun bisa menikmati hari-hariku selama di kampung ibuku, kumpul dengan keluarga besar tampa penderitaan diri seperti biasamya.
Sejak moment itu, aku jadi menyukai produk tolak angin yang lainnya. Ternyata masih ada produk yang bisa dipercaya. Selain mengkonsumsi jamu tolak angin kemasan suchet, aku juga suka mengkonsumsi permen tolak angin dan produk tolak angin jenis lain. selain mudah dan praktis untuk dibawa kemanapun, tolak angin juga nikmat di konsumsi kapanpun dan dimnapun. Sehingga, semenjak itu aku selalu sedia tolak angin di dalam tas kecilku ketika hendak berpergian terutama saat berpergian jauh yang harus menggunaan kendaraan roda empat. Dengan itu, aku tidak takut mabuk kendaraan lagi dan aku bisa pergi kemanapun aku mau. Bahkan tak hanya ketika berpergian, ketika lelah bergadang karena mengerjakan tugas kuliah aku selalu minum tolak angin atau mengkonsumsi permen tolak angin. Seketika lelah itu teratasi hingga tubuhku kembali bugar dan semangatku membara kembali. Begitupun keluargaku selalu sedia tolak angin di rumah. Sehingga ketika salah satu dari keluargaku terserang masuk angin atau tidak enak badan, tolak anginlah solusinya.
Tolak angin adalah obat herbal terstandar untuk mencegah dan mengatasi masuk angin dengan gejala -- gejala seperti mual, perut kembung, pusing, demam, bahkan berguna juga untuk meningkatkan daya tahan tubuh. Yang dimaksud obat herbal terstandar yakni obat dengan bahan alami yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik dan bahan bakunya telah distandardisasi. Diformulasikan sejak tahun 1930 oleh Ibu Rachmat Sulistyo, sampai sekarang resepnya tetap sama. Dan hingga saat ini, produk tolak angin tetap menjadi andalan keluargaku. Ketika masuk angin, meriang, tidak enak badan, mual dan terserang penderitaan lainnya, kami tidak langsung memutuskan untuk mengkonsumsi obat-obatan kimia. Kami selalu menjadikan tolak angin sebagai solusi utama bahkan semenjak kami mengenal tolak angin dan percaya akan khasiat nyatanya, kami mulai menghindari istilah "sakit dikit langsung minum obat". Dan Alhamdulillah setiap setelah mengkonsumsi tolak angin, badan terasa lega seakan serangan-serangan yang mengganggu tubuh itu hilang. Selain itu, yang dirasakan setelah meminum tolak angin yakni tubuhku menjadi lebih bugar dari biasanya, tidak mudah lesu, dan daya tahan tubuhku menjadi lebih kuat sehingga tidak mudah sakit, ya, pada intinya aku menemukan banyak manfaat dan khasiat dalam produk tolak angin tersebut. Ini membuatku semakin percaya akan khasiat dari tolak angin. Jadi, semenjak mengenal tolak angin, aku tidak takut pergi kemanapun dan sejauh manapun. Bahkan keliling duniapun aku tidak takut. Sebab, ada tolak angin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H