Promosi kesehatan merupakan sebuah proses yang secara tidak langsung dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan seseorang untuk mengontrol faktor-faktor penentu kesehatan dengan tujuan meningkatkan kesehatan mereka masing-masing (WHO, 1986). Strategi promosi kesehatan dikemas dalam bentuk pesan-pesan kesehatan yang disuguhkan dalam sebuah media promosi kesehatan. Media promosi kesehatan sendiri merupakan upaya untuk menampilkan pesan melalui media cetak, elektronik, ataupun media luar ruang, sehingga sasaran dapat meningkatkan pengetahuan dan melakukan perubahan perilaku ke arah positif di bidang kesehatan. Agar media promosi kesehatan dapat menyampaikan pesannya dengan baik kepada sasaran, maka pemilihan media yang tepat menjadi penting untuk dipertimbangkan.
Media yang tepat harus mampu mempermudah penyampaian informasi, menghindari kesalahan persepsi, dan memperjelas informasi. Jika pesan yang dibawa oleh media menimbulkan banyak opini dan persepsi, maka akan menyebabkan pesan utamanya tidak tersampaikan dengan baik. Maka dari itu media yang tepat harus menghindari unsur-unsur yang bermakna lebih dari satu atau ambigu, sehingga informasi yang ditangkap dari media, akan sama pada setiap sasaran yang membacanya. Selain itu pemilihan media harus benar-benar mempertimbangkan kemudahan akses oleh sasaran, karena kemudahan akses untuk melihat dan membaca media akan membantu mempercepat penyampaian pesan kepada sasaran.
Penggunaan media promosi kesehatan menjadi tidak asing selama pandemi Covid-19 berlangsung, masyarakat mulai terbiasa dengan munculnya berbagai pesan dari media promosi kesehatan yang dipublikasi baik secara online maupun offline di berbagai platform dan sudut ruang publik. Setelah pandemi Covid-19 mulai terkendali, media promosi kesehatan yang masih eksis adalah media yang membawa pesan wajib memakai masker. Salah satu ruang publik yang banyak mengeluarkan pesan tersebut adalah Cyber Mall kota Malang. Media yang kami temukan di Cyber Mall kota Malang merupakan salah satu media promosi kesehatan yang cukup baik, namun tetap perlu diberikan beberapa evaluasi untuk membuat media tersebut menjadi lebih baik lagi.
Media promosi kesehatan yang kami temukan di Cyber Mall kota Malang merupakan media yang dibuat dalam bentuk poster. Poster yang ditemukan tercetak dalam selembar kertas berukuran B5 dengan desain full color yang terdiri dari gambar beserta pesan himbauan. Selembar poster tersebut ditempel pada papan kayu datar dengan ukuran yang sama dan ditopang dengan sebuah alat agar dapat berdiri. Poster diletakkan di atas meja flap barrier gate tepat di depan pintu masuk agar dapat diakses dan dilihat oleh banyak orang. Isi pesan yang disampaikan dalam poster adalah himbauan pada semua orang yang berada di dalam Cyber Mall kota Malang baik pramuniaga yang bertugas maupun pengunjung untuk wajib membawa dan memakai masker sesuai protokol kesehatan.
Setiap Jenis media promosi kesehatan pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, tak terkecuali media promkes yang ada di Cyber Mall kota Malang. Beberapa analisis kelebihan media yang dapat ditemukan diantaranya; peletakan media pada tempat yang mudah diakses oleh pengunjung dan dinilai sangat strategis yaitu tepat di depan pintu masuk utama sebelum memasuki pusat perbelanjaan. Selain itu media memuat desain yang terdiri dari gambar interaktif dan tulisan pesan kesehatan yang dicetak full color sehingga tidak monoton dari segi visual dan dapat menarik perhatian pengunjung. Pesan edukasi kesehatan memakai masker dikemas secara sederhana, jelas, dan mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Media tersebut dapat diproduksi dengan biaya yang relatif murah, dapat diperbanyak dengan mudah, dan dapat diletakkan di banyak tempat.
Namun jika dilihat dari sisi sebaliknya tetap ada kekurangan dari media yang tentunya mengundang adanya perbaikan diantaranya; poster dicetak dalam ukuran yang terlalu kecil sehingga tidak cukup besar untuk dapat dibaca pengunjung, akibatnya potensi tidak tersampaikannya pesan dari media menjadi lebih besar. Selain itu poster dicetak menggunakan bahan kertas yang membuatnya relatif tidak tahan lama dengan suhu kelembaban tinggi dan benda cair, sehingga membutuhkan tempat penyimpanan khusus untuk mencegah resiko kerusakannya menjadi lebih cepat. Poster hanya menampilkan visual tanpa adanya efek suara maupun gerak yang dapat memicu interaksi dengan pengunjung. Poster memiliki cakupan khalayak yang terbatas yaitu hanya sekedar pengunjung yang datang ke pusat perbelanjaan saja. Selain itu poster tidak mudah dibuat oleh orang biasa, diperlukan keterampilan dan kreativitas dalam mendesain gambar dan meringkas pesan untuk membuatnya menjadi media yang dapat menarik perhatian pembaca.
Banyak aspek yang perlu dipertimbangkan dalam membuat suatu media promosi kesehatan. Pengembangan media promosi kesehatan yang lebih baik sebagai bentuk evaluasi dari media sebelumnya terbukti efektif untuk menghimbau lebih banyak orang. Bentuk evaluasi dari media promkes dapat berupa perubahan media menjadi bentuk yang lebih tahan terhadap berbagai resiko kerusakan. Ketahanan media diperlukan karena media yang berbahan mudah rusak akan beresiko terhadap tidak terbacanya himbauan yang ada, akibatnya banyak pengunjung yang tidak mematuhi peraturan yang sebenarnya ada pada media yang mudah rusak tersebut. Untuk sebuah mall dengan kapasitas pengunjung yang besar sebuah media berukuran kecil tentunya tidak cukup untuk dilihat banyak orang, oleh karena itu diperlukan penyesuaian ukuran media terhadap besar bangunan dan jumlah pengunjungnya.
Sebuah media promosi kesehatan yang menarik tidak hanya memenuhi aspek visual saja, namun bagaimana media tersebut dapat berinteraksi dengan sasaranya. Studi mengatakan bahwa semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima pesan dan informasi dari sebuah media, maka semakin jelas bagi orang tersebut untuk memahami pesan yang diterima. Oleh karena itu disarankan untuk mengkombinasikan beberapa bentuk media, misalkan visual dengan suara, visual dengan gerak, ataupun gerak dengan suara. Karena menurut pertimbangan lain tidak semua orang bisa membaca dan tidak semua orang bisa melihat untuk memahami suatu media.
Referensi:
Jatmika, Septian Emma Dwi, dkk. 2019. Buku Ajar Pengembangan Media Promosi Kesehatan.