22 oktober tepatnya, kini telah diresmikan menjadi Hari Santri Nasional. Terhitung sudah 6 tahun diperingati sejak 2015 pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Enam tahun tergolong waktu yang singkat, namun bukan berarti sebutan "santri" baru saja terdengar ditelinga. Padahal santri telah berperan aktif dalam berjuang merebut dan mempertahankan kemerdekaan serta keutuhan NKRI.
Sebagaimana peringatan hari-hari besar lainnya, Hari Santri diperingati oleh seseorang yang ber-title santri. Seiring berjalannya waktu, makna "santri" sudah mulai bergeser dari makna aslinya. Siapapun yang sedang atau pernah belajar agama di pesantren, dialah yang disebut sebagai seorang santri.
Asal-usul Kata Santri
Menurut pandangan M.Habib Mustopo dalam bukunya, Kebudayaan Islam di Jawa Timur : Kajian Beberapa Unsur Budaya Masa Peralihan (2021), mengatakan bahwa kata "santri" berasal dari bahasa sanskerta. Yaitu sastri yang artinya "melek huruf" atau "bisa membaca".
Selain itu, C.C. Berg juga mengungkapkan bahwa istilah santri dalam bahasa india adalah orang yang mempelajari kitab-kitab suci agama Hindu. Pendapat ini didukung oleh Karel A. Steenbrink, sebagaimana yang dikutip oleh Zamakhsyari Dhofir dalam buku Tradisi Pesantren (1985), jika dilihat dari segi bentuk dan sistemnya, Pendidikan pesantren mirip dengan tradisi edukasi ala Hindu di India.
Sedangkan dalam kutipan buku Kiai Juga Manusia:Mengurai Plus Minus Pesantren (2009), istilah "santri" dalam bahasa arab dapat ditelaah dari 4 huruf arab penyusunnya, yaitu sin, nun, ta', dan ro'.
Masing-masing huruf tersebut memiliki makna tersendiri yang seharusnya tercermin dalam sikap seorang santri. Huruf sin merujuk pada satrul al'awroh yang artinya "menutup aurat, huruf nun berasal dari istilah na'ibul ulama yang artinya "wakil dari ulama, huruf ta' dari istilah tarkul al ma'ashi yang berarti "meninggalkan kemaksiatan" dan huruf ro' berasal dari istilah ra'isul ummah yang diartikan sebagai pimpinan umat, demikian yang dijelaskan oleh K.H. Abdullah Dimyathy, ulama Pandeglang, Banten.
Paparan Makna Santri
Santri bukan hanya diperuntukkan bagi orng-orang yang berada di pondok pesantren dan mengaji kitab. Namun, santri ialah orang-orang yang mampu meneladani para kiai, begitulah ungkapan dari Wakil presiden RI yang dulu menjabat sebagai Rais 'Aam PBNU, K.H. Ma'ruf Amin.
Hal serupa juga dipaparkan oleh Ketua Umum PBNU, K.H. Said Aqil Siroj, bahwa santri adalah umat yang menerima ajaran-ajaran islam dari para kiai, dan kiai tersebut belajar dari guru-gurunya hingga terhubung dengan Rasulullah Muhammad SAW atau dengan istilah lain ada sanadnya.
Selain itu, santri juga merupakan sebutan bagi seseorang yang yang menerima Islam dan menyebarkannya dengan pendekatan budaya. Termasuk didalamnya berakhlakul karimah, bergaul dengan sesama yang baik, serta menghormati dan menjadikan budaya sebagai infrastruktur agama, kecuali yang bertentangan dengan syariat.