Lihat ke Halaman Asli

Surga Dunia & Neraka Akhirat untuk Umi

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pemakaman sore itu usai sudah...tanah merah dan taburan bunga segar menghambur di pusara Umi. Para pelayat satu persatu pulang..hingga akhirnya makam menjadi senggang. Burhan dan anak-anaknya masih menatap pusara Umi sambil sesekali mengucapkan doa ... Tak lebih dari sepuluh menit setelah pelayat terakhir pamit, tiba-tiba muncul Saskia, perempuan yang sedang menjadikan dirinya bertekuk lutut...wangi pafum Saskia mampu menyaingi semerbak bungga tabur di atas pusaran Umi. Gaun Hitam Saskia yang halus dan apik perlahan-lahan merendah mengikuti tubuh mulus siempunya yang mengikuti Burhan bersujud di depan makam Umi.

"Tabah ya Dear......" sapa Saskia. Burhan hanya mengangguk pelan. Burhan merasa puas karena sebelum Umi meninggal Umi telah ia bahagiakan dengan mengabulkan semua permintaan Umi, termasuk naik haji. Burhan merasa hidupnya tak ada kurangnya, dan jika kini Umi sudah tiada itu adalah bagian dari takdir. Sebagai satu-satunya anak Umi, Burhan merasa bangga telah membahagiakan Umi dengan mampu menyelesaikan sekolah hingga mendapat gelar doktor, dan kini ia menjabat sebagai orang nomor satu di salahsatu komponen pada sebuah Kementrian.

Malam itu dzikir dan pembacaan surat Yasin bergema di rumah mewah milik Burhan. Kini rumah itu hanya ditinggali oleh Burhan dan pembantunya, karena tiga orang anaknya yang semua laki-laki tinggal bersama para Ibu kandung mereka. Malam itu hanya dua dari tiga anaknya yang mengikuti pengajian. Burhan nampak senang dengan kehadiran mereka. Pernikahan Burhan memang pernah kandas 2 kali. Pernikahan pertama kandas karena faktor ekonomi. Maklum dulu sewaktu baru jadi PNS, gaji Burhan hanya RP 80,- bagaimana  mungkin cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam sebulan. Pertengkaran dirinya dengan istri pertamanya acap kali terjadi, hingga akhirnya mereka pun  bercerai dan karena anak mereka semata wayang masih balita, maka ia ikut Ibunya hingga dewasa. Pernikahan kedua memang merupakan pernikahan yang sedap dipandang mata. Istri yang cantik dan kekayaan yang sudah mulai terkumpul, menjadikan siapa saja yang melihat tidak ragu akan kekuatan dan kekokohan rumah tangga mereka. Hingga akhirnya lahir 2 orang anak-anak mereka yang berwajah ganteng mirip dengan wajah Ibunya. Bahkan Burhan dan Ratih istri keduanya sempat merayakan 8 tahun pernikahan mereka, tapi siapa sangka kalau ini adalah tahun terakhir pernikahan mereka. Akhirnya mahligai rumah tangga yang nampaknya adem ayem itu kandas...karena Burhan ternyata melirik wanita lain..

Umi sempat sakit, tapi akhirnya mau tak mau melindungi sikap Burhan, dengan alasan Ratih sering kurang perhatian dan materialistis. Hal ini sering Umi ceritakan berulang-ulang pada saat arisan ibu-ibu. Hingga Ratih pun akhirnya tahu bagaimana perilaku nenek dari 2 orang anaknya. Ratih tak melakukan perlawanan apapun, tapi demi ketenangan diri dan anak-anaknya, maka Ratih pun pindah ke kota lain. Setelah usia mulai merambat senja baru kemudian Ratih kembali ke kota asalnya. Pada saat Umi meninggal Ratih sempat melayat walau hanya di rumah. Ratih tetap ingin menghargai Umi, walaupun sempat hatinya sakit sekali.

Umi memang selalu melindungi Burhan, anaknya semata wayang, terlebih setelah Abah meninggal. Umi merasa hanya Burhanlah yang ia miliki satu-satunya, maka apapun perilaku Burhan Umi pasti mendukung.  Salahsatu yang secara tak langsung Umi dukung adalah perilaku Burhan dalam bekerja. Tak jarang Burhan tiba-tiba pulang dengan membawa sekarung uang. Awalnya Umi sangat kaget, bahkan meminta Burhan untuk mengembalikan uang itu, namun ketika Burhan merayu dan mengatakan bahwa ini semua demi kebahagian Umi serta untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya, maka Umi pun luruh dan ikut menikmati. Sekali waktu emas berlian tiba-tiba sudah menunggu Umi di meja rias. Umi terkejut bukan kepalang, tapi akhirnya Umi memuji apa yang Burhan berikan, mengatakan bahwa Burhan adalah anak yang  tahu dan sayang kepada orangtua.

" Umi mau naik haji ?" tanya Burhan 5 tahun yang lalu

" Wah mau Han...."

"Bagaimana kalau Umi berangkat dengan Mak Cik tahun ini?" tanya Burhan lagi

"Senang sekali aku Han...terima kasih...Mak Cik Kau mau khan ...sudah Kau tanya ?"

"Sudah Umi...Mak Cik mau temani Umi, baik besok saya suruh staff saya di kantor urus perjalanan haji Umi ya..."

"Terima kasih Han..kau bahagiakan terus Umi ini...." Umi tersenyum bahagia sekali, Burhanpun dipeluk berulang-ulang.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline