Lihat ke Halaman Asli

Rinawati Acan Nurali

Suka jalan, siap mendengarkan, suka. Suka-suka.

Kontestasi Perang Media Masa dalam Pemilihan Kepala Daerah Taliabu: Tantangan dan Dampaknya pada Demokrasi Lokal

Diperbarui: 14 September 2024   12:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gunung Kokusang / dokpri

Taliabu saat ini sedang booming dengan berita-berita yang berseliweran di platform media-media sosial. Mulai dari yang ringan hingga yang berat. Mulai dari yang lucu sampai yang membuat tegang. Seperti salah satu contoh saat diterbitkannya berita pasangan muda-mudi yang menikah beda negara hingga berita teramai saat ini pemilihan calon kepala daerah yang terus membanjiri group semua aliran (facebook dan whatsapp).

Pemilihan kepala daerah (Pilkada) merupakan bagian dari proses demokrasi yang sangat penting dalam menentukan arah pembangunan suatu daerah. Di Kabupaten Pulau Taliabu, Pemilihan Bupati untuk periode 2024-2029 diperkirakan akan menjadi salah satu ajang politik paling dinamis. Salah satu faktor yang berperan besar dalam Pilkada kali ini adalah perang media, di mana para kandidat memanfaatkan berbagai platform media, baik media konvensional maupun media digital, untuk menarik perhatian dan simpati masyarakat.

Peran Media dalam Politik Lokal

Perkembangan teknologi informasi telah mengubah lanskap kampanye politik, termasuk di wilayah-wilayah yang lebih terpencil seperti Pulau Taliabu. Media massa, baik televisi, radio, surat kabar, maupun platform digital seperti media sosial, menjadi alat utama para calon bupati dalam menyebarkan visi dan misi mereka. Tidak hanya itu, media juga digunakan untuk memperkuat citra diri kandidat, mengkritik lawan politik, serta membangun narasi yang menguntungkan.

Dalam konteks Taliabu, dengan wilayah yang cukup luas dan akses yang masih terbatas di beberapa daerah, media sosial seperti Facebook, WhatsApp, dan Instagram memiliki peran penting. Masyarakat dapat mengakses informasi secara cepat dan terlibat dalam diskusi politik melalui platform tersebut, menjadikan media sosial sebagai alat komunikasi politik yang efektif dan efisien.

Perang Media: Antara Informasi dan Propaganda

Salah satu ciri khas dari perang media dalam Pilkada adalah munculnya informasi yang beragam, mulai dari yang bersifat informatif hingga yang memuat unsur propaganda. Perang media yang dimaksud bukan hanya soal seberapa banyak informasi yang dipublikasikan, tetapi juga bagaimana informasi tersebut dikemas untuk mempengaruhi persepsi publik.

Di era digital ini, fenomena berita bohong (hoaks) dan kampanye hitam (black campaign) sering kali muncul, terutama di momen-momen politik krusial seperti Pilkada. Para calon bupati dan tim suksesnya seringkali menggunakan teknik-teknik disinformasi untuk menjatuhkan kredibilitas lawan politik. Dalam konteks Taliabu, hoaks bisa sangat merusak, terutama karena akses informasi yang tidak merata di seluruh wilayah dapat membuat masyarakat lebih mudah dipengaruhi oleh berita-berita palsu yang tersebar luas di media sosial.

Dampak Perang Media terhadap Demokrasi Lokal

Perang media dalam pemilihan bupati tentu memiliki dampak yang signifikan terhadap kualitas demokrasi lokal di Taliabu. Di satu sisi, media memberikan ruang bagi masyarakat untuk lebih mengenal para calon pemimpin mereka, serta lebih mudah mengakses informasi terkait proses Pilkada. Namun di sisi lain, jika tidak dikelola dengan baik, media juga dapat menjadi alat untuk memanipulasi opini publik melalui penyebaran hoaks dan kampanye hitam.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline