Jika Athena memiliki Xanthippe, Taliabu memiliki Dagali. Perempuan hebat dari Taliabu. Tentu saja ini menjadi suatu kebanggan penulis terhadap peradaban yang pernah ada pada tingkat pengetahuan dan budaya yang sedikit di ketahui oleh banyak orang.
Dimulai tahun 1916, peneliti Belanda yang tidak disebutkan namanya menulis catatan perjalanan yang di lakukan selama berada di Taliabu. Mulai dari kondisi perkampungan setiap desa yang di singgahi di taliabu, dan budaya masyarakat yang jauh dari kata beradab menurut penulis penjelajah Belanda tersebut.
Beradab yang dimaksud oleh peneliti Belanda itu, kepandaian dan ketepatan dalam mengerjakan sesuatu. Keramahan dan bahasa yang baik juga budaya dan agama. Namun hal itu tidak ditemukan oleh peneliti, sampai pihak Belanda mengirimkan utusan para misionaris untuk mengubah kehidupan sosial-budaya suku-suku masyarakat pribumi. Bukan hanya sosial budaya masyarakat, pendidikan juga menjadi salah satu tujuan para misionaris untuk bisa melepaskan masyarakat dari sikap yang tertinggal dan bisa melakukan pembaptisan sebagai bentuk penerimaan seseorang kedalam gereja untuk penyucian dan mengakui keimanan kepada Yesus. Maka pemerintah Belanda mengirim utusan untuk bisa melakukan akulturasi terhadap masyarakat pribumi Taliabu. Misionaris yang dikirim pemerintah Belanda berasal dari Tobelo. Selain menjadi pendakwah, misionaris juga melakukan perkawinan dengan perempuan pribumi Taliabu yang merupakan murid dari misionaris tersebut.
Untuk memajukan suatu peradaban, pada dasarnya adalah tanggung jawab sosial dari seluruh elemen, tidak mengenal laki-laki maupun perempuan. Tentunya untuk membangun peradaban tersebut tidak semudah membalikkan telapak tangan. Dibutuhkan konsep yang baik, terencana dan perlu dukungan dari berbagai pihak. Selama ini mungkin dalam pandangan umum bahwa tugas untuk membangun suatu bangsa adalah beban yang dilimpahkan kepada elit intelektual, dan umumnya adalah dibebankan kepada laki-laki karena dianggap lebih memiliki power. Laki-laki lebih mendominasi peran-peran strategis dalam ranah publik dari pada perempuan, sehingga terkadang ide-ide perempuan tidak terdengar dan belum begitu terlihat memberikan sumbangsih nyata bagi suatu peradaban.
Dalam dunia pendidikan perempuan memiliki peran yang sangat penting. Banyak orang yang memiliki persepsi bahwa dalam dunia pengetahuan adalah milik kaum adam. Seolah kaum wanita tidak memiliki peran apa-apa dalam bidang ilmu pengetahuan. Padahal yang kita tahu melihat dari sejarah banyak sekali wanita yang berperan penting dalam pegembangan ilmu pengetahuan.Karena pada dasarnya definisi pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan oleh individu-individu baik itu laki-laki maupun perempuan untuk melaksanakan nilai-nilai, kebiasaan-kebiasaan, serta bentuk ideal kehidupan dalam melaksanan kehidupan yang lebih efektif (Wahab, 2007).
Perempuan dalam sebuah keluarga juga memiliki peran dan tanggung jawab yang tidak mudah. Selain tugas mereka sebagai seorang istri dan juga ibu yang harus menyiapkan diri agar bisa bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, mengikuti tanggung jawab lain berubah tanggung jawab penuh atas anak-anak mereka baik itu jasmani, kasih sayang serta tidak kalah pentingnya yaitu memenuhi kebutuhan akan pendidikan anak-anaknya. Kewajiban pemenuhan atas pendidikan anak tidak hanya sekedar memberikan anak kesempatan untuk belajar serta disekolahkan melainkan peran perempuan dalam pendidikan dalam keluarga secara garis besar yaitu perempuan sebagai pendidik, bagaimanapun sibuknya perempuan dalam hal rumah dan keluarga, namun pendidikan tidak boleh dilupakan. Selain itu juga perempuan juga sebagai pelindung dan pemelihara, perempuan ialah sebagai dasar dari pendidikan anak. Bukan berarti tugas dalam mendidik hanya diberikan kepada ibu semata, ayah juga sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan anak, namun tidak seotentik seorang ibu. Karena ibu memiliki keterikatan batin yang kuat dengan anak. Ada sebuah pepatah yang mengatakan jika perempuan cerdas akan melahirkan anak-anak yang cerdas pula. Hal tersebut dapat dimaknai bahwa pendidikan akan berpengaruh pada pola pikir dalam berkeluarga, cara pendidikan anak dan menerapkan prinsip-prinsip keadilan di dalam keluarga.
Dagali merupakan perempuan pribumi Taliabu, yang di peristri oleh misionaris sembilang dari Tobelo. Dagali juga merupakan perempuan yang banyak berperan aktif membantu suaminya dalam pengembangan dunia pendidikan, budaya dan agama yang ada di desa Talo kepulauan Taliabu. Peneliti Belanda bahkan menyebut Dagali sebagai seorang perempuan yang tidak hanya memiliki adab yang baik sebagai seorang istri, kebersihan dan kerapihan rumah juga peranan penting Dagali dalam hal pendidikan di lingkungan masyarakat desa Talo menjadi satu penghargaan terhadap Sembilang sebagai suami yang tepat dalam memilih seorang istri yang begitu cemerlang.
Dagali menjadi perwakilan dari Sembilang dalam hal pendidikan di tengah masyarakat. Terutama pendidikan kepada perempuan. Misi mereka membuahkan hasil. tidak hanya mengubah masyarakat dalam hal sosial-budaya namun mereka membangun sekolah untuk meneruskan perjuangan dalam memberantas buta huruf. Sebuah karya mereka, menjadikan perempuan Taliabu menjadi subjek penting dalam pendidikan. Sekolah tidak hanya menjadi milik kaum laki-laki tetapi mereka telah mendorong dan membuka ruang yang luas bagi perempuan untuk menjadi yang terdidik.
Pendidikan itu ibarat mata air. Ia akan terus hidup dan bermanfaat bagi banyak manusia. Namun jika ia di matikan, tentu akan berpengaruh pula pada kehidupan manusia. Begitu juga pendidikan. Pendidikan adalah proses yang dibutuhkan dalam menyeimbangkan dan menyempurnakan tumbuh kembang individu dalam bermasyarakat.
Oleh Rinawati Acan Nurali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H