Lihat ke Halaman Asli

Roro Asyu

#IndonesiaLebihLemu

Lawan!

Diperbarui: 24 Juni 2015   18:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13570801811633444353

[caption id="attachment_217698" align="aligncenter" width="400" caption="diambil dari legal-malaysia.blogspot.com"][/caption]

"Saya bisa saja berjalan bugil, namun Anda tetap tidak punya hak untuk memperkosa saya,"

-- Priyanka Chopra

Aku sedang di jalan, di atas sepeda motor, ketika tiba-tiba merasakan sebuah colekan di pinggang sebelah kanan. Kaget, marah, aku langsung menoleh dan kudapati seorang laki-laki di atas sepeda motor tersenyum-senyum padaku. Spontan tanganku bergerak hendak memukul kepalanya yang kurang ajar itu tapi sayang tanganku tak bisa menjangkaunya dan hanya bisa mengenai lengan kirinya. Sambil melotot aku langsung memarahinya.

Kukatai-katai orang itu sambil menunjuk-nunjuk ke mukanya.  Entah malu, takut atau apa, laki-laki itu tak berani memandangku. Sepanjang jalan dia memalingkan pandangan. Posisi sepeda motor kami berjejer dan kami sama-sama berada di belakang alias dibonceng. Tidak peduli sedang di jalan raya yang padat merayap aku terus mengomelinya, membuat laki-laki di depannya kebingungan. Kurasa dia tidak tahu apa yang telah diperbuat temannya. Kalau tidak ingat aku sedang bersama adikku sudah kutarik orang itu dari sepeda motornya.

Apa yang kualami tadi malam aku yakin juga pernah dialami oleh banyak perempuan bukan hanya di negeri ini saja. Banyak yang lebih parah dan tak bisa berbuat apa-apa untuk membela diri. Korban kebanyakan hanya bisa mengutuk dalam hati, marah dan kecewa tapi tak bisa berbuat apa-apa. Sebuah keadaan yang amat sangat menyebalkan. Aku jadi ingat beberapa hari lalu aku sempat membaca berita di sebuah media online tentang kasus pemerkosaan yang menimpa seorang mahasiswi di India. Beberapa kasus yang sama juga terjadi di negeri sendiri. Kasus yang tidak pernah ada habisnya karena hukuman yang diberikan kepada pelaku terlalu ringan bahkan banyak yang kemudian bebas melenggang begitu saja.

Banyak komentar tentang kasus-kasus seperti ini. Komentar juga saran yang tak jarang lucu. Menyalahkan korban misalnya, karena penampilan korban yang menggoda, karena bajunya dinilai tidak pantas, karena korban bla..bla..bla. Seharusnya pakai baju yang sopan, seharusnya tidak jalan sendirian, seharusnya bla...bla...bla. Lucu. Dari kasusku tadi malam, aku bahkan jauh dari penampilan seksi misalnya, aku juga tidak berniat menggoda siapapun karena yang terjadi adalah aku memakai kaos oblong, celana dan sedang di atas sepeda motor yang berjalan. Tapi apapun yang kupakai, satu hal yang pasti adalah itu tidak memberi hak pada siapapun untuk berbuat kurang ajar. Dan satu lagi, aku juga berada di negara yang konon sudah merdeka dan menjamin keamanan warganya.

Sempat memukul pelaku dan mengomelinya habis-habisan aku mungkin sudah sedikit memberinya pelajaran. Mungkin setelah itu dia menyesali perbuatan bodohnya, mungkin juga tidak karena orang bodoh seperti itu jarang sekali mau berpikir, menggunakan otaknya. Harus ada hukuman, bukan hanya sebuah pelajaran untuk setiap tindakan yang merugikan orang lain.

Aku ingat sekali wajah laki-laki itu. Aku juga ingat bagaimana mimik mukanya berubah dari yang menggoda menjadi malu. Dia mungkin kaget, tak menyangka kalau akan mendapat "perlawanan." Wajah yang pantas untuk dibuat babak belur bukan hanya oleh omelan tapi juga pukulan agar dia berpikir seribu kali sebelum melakukan hal bodoh seperti itu lagi.

Golek perkoro? Salah wong koen pak!

***

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline