Lihat ke Halaman Asli

Roro Asyu

#IndonesiaLebihLemu

Warga Negara adalah Raja, Kita Harus Dilayani

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_147420" align="aligncenter" width="400" caption="ilustrasi diambil dari google"][/caption]

Pernah bermasalah dengan sinyal telekomunikasi anda? Jika anda berada di wilayah NKRI saya yakin jawabannya pasti pernah! Malah mungkin ada yang menjawab sambil teriak, sering! Bukan pertama kali ini saya bermasalah dengan sinyal telekomunikasi saya, sebelumnya juga sudah sering. Itu juga bukan satu-satunya keluhan saya. Dan saya yakin saya bukan satu-satunya.

"Mbok ya sabar, nanti juga normal lagi."

Menyebalkan. Ya bagi saya kata-kata yang niatnya mungkin untuk menenangkan itu menyebalkan. Seolah-olah saya tidak berhak mengeluhkan pelayanan buruk yang saya terima. Lebih menyebalkan lagi karena saya sendiri juga sering mengatakan hal yang sama, pada diri saya sendiri juga pada orang lain.

Apa benar yang mengucapkan kata-kata seperti itu orangnya lebih sabar? Lebih arif? Nrimo mungkin? Bodoh kalau kita harus nrimo dengan perlakuan tidak adil yang kita terima. Bodoh karena kita tahu betul hak kita sudah dilanggar dan kita harus diam saja, menerima sebagai nasib, suratan takdir. Apalagi ini!

"Mbayar mung limang ewu kok njaluk slamet."

Ini tidak kalah menyebalkan lagi. Kata-kata yang jika diartikan dalam Bahasa Indonesia menjadi, "Membayar hanya lima ribu saja kok minta selamat," ini sering sekali saya dengar. Sebuah bentuk kepasrahan atas kesewenang-wenangan yang kemudian mendarah daging dan sepertinya tidak pantas lagi digugat.

"Ya sudah, memang seperti itu. Mau diapakan lagi?"

Parah!

Makanan basi yang kemudian menyebabkan keracunan masal di sekolah-sekolah ketika, ironisnya, sedang menerima penambahan gizi. Jadwal transportasi yang molor. Jam karet yang bukan lagi hal baru bahkan sepertinya sudah menjadi tradisi. Penyedotan pulsa oleh provider-provider nakal yang sering mengklaim menjadi nomer satu, tercepat, terluas, terdahsyat dan ter-ter lainnya. Provider yang kemudian sering berputar-putar jawabannya ketika dimintai keterangan kenapa sinyal sering hilang, tidak bisa diakses tapi pulsa jalan terus dengan alasan semua dilakukan sesuai prosedur. Listrik byar pet bahkan pet alias tidak nyala-nyala di banyak daerah di wilayah NKRI yang sudah merdeka selama enam puluh enam tahun ini. Air tidak mengalir sudah beberapa hari.

"Perusahaan sedang merugi."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline