Rasa ini begitu sulit. Tak kumengerti, tak akan dimengerti. Rasa ini terasa salah, dirasa salah. Orang bilang rasa seperti ini suci. Aku percaya meski yang sering kurasa sebaliknya, aku merasa hina, bernoda. Siapa yang menjatuhkan hati? Membolak-balik hingga benci tak lebih dari rindu yang karatan?
Cinta ini terlalu rumit. Datang karena pandangan, sesaat, kemudian bercokol dan tak jua hilang. Jantungku berdebar. Tak mampu menatap matanya tapi tak juga ingin memalingkan muka darinya. Cinta ini menusuk, masuk. Tangan ini ingin merabanya, memeluk dan tak akan melepasnya. Jemari meremas dan kemudian kedua tangan saling menggenggam, menahan gejolak yang disoraki setan. Kalian bilang ini hanya nafsu semata, sementara. Ini bukan cinta, rasa ini tidak keluar dari hati. Ah, terlalu sulitkah cinta ini dimengerti?
Rasa cinta ini anugerah meski yang terasa tak lebih seperti musibah. Jatuh yang tak sakit dan tak membuat jera adalah jatuh cinta, kata siapa? Siapapun yang mengatakannya aku yakin dia tak mengalami apa yang kurasakan. Jatuh cinta itu sakit, jatuh cinta itu bukan hanya membuatku jera untuk merasakannya lagi tapi juga jera dengan hidup ini.
Apa anugerah memilih, pada satu orang dan berubah menjadi kutukan untuk orang yang lain? Kenapa hukum tak berlaku seragam? Toh yang kurasa tak kubuat-buat. Seperti kalian yang diam dan tiba-tiba terpana pada seorang makhluk, aku pun sama. Aku tak memintanya. Aku hanya berjalan dan tak sengaja menjumpainya. Bukankah yang seperti ini takdir? Takdir bagi kalian kenapa tidak juga takdir untukku?
Terkutukkah rasa ini atau terkutukkah aku? Kenapa Tuhan yang katanya sangat penyayang bisa mengutuk hamba-Nya sendiri? Atau kalian saja yang mencatut nama Tuhan sembarangan? Tak mau menjawab atau tak bisa menjawab? Ah, aku tahu. Kata itu lagi yang kalian andalkan. Pikiranku telah sesat, aku orang bejat. Tak boleh bertanya, mempertanyakan apa yang menjadi kehendak-Nya, begitukan? Aku tak akan mampu, tak ada seorangpun yang mampu, itu lagi alasanmu. Alasan yang manis, seperti anak kecil yang terus saja dibungkam dengan segenggam permen dan coklat.
Aku sesat karena menggugat? Jangan terburu-buru, aku hanya bertanya. Kenapa rasa ini tak kalian lihat sama? Sedang aku dan kalian tak ada beda. Aku hanya orang bodoh yang terlalu muluk untuk menjadi pintar. Hanya tak ingin kebodohan ini terus melekat. Jika pun kalian pikir aku tersesat, tunjukkan padaku. Jangan hanya berteriak dan memakiku, "terkutuklah kamu!"
Lagi-lagi rasa ini semakin sulit. Tak boleh dipertanyakan, tak juga bisa diterima. Semakin cinta ini mencekikku, bukan karena tak mau tapi semua jari telah menunjuk padaku. Tinggalkan aku, kalian semua. Bumi ini begitu luas, banyak yang bisa kalian urusi. Tak mau? Membiarkan yang terkutuk sepertiku akan membuat kalian dikutuk? Baiklah, aku pergi. Bukan tak ingin berjuang tapi bicara dengan kalian tak akan kudapatkan jawaban.
Cinta ini semakin tidak mungkin. Cinta tidak untuk orang dengan label terkutuk sepertiku. Hidup ini tak lagi kumiliki, hanya sebatas ruang di antara terali besi. Bumi ini terlalu suci untuk diinjak manusia yang pantas dibakar di neraka jika nanti mati ini. Biar, biar saja. Kan kutanyakan pada Tuhan kenapa mau-maunya menciptakan manusia terkutuk sepertiku.
[caption id="attachment_79416" align="aligncenter" width="300" caption="gambar diambil daro google"][/caption]
Sebelum aku pergi ada satu yang ingin kukatakan pada kalian, aku yakin kalian sudah menunggu. Manusia seperti kalian pasti suka yang seperti ini, untuk disebarkan, dibahas di warung-warung kopi juga emperan. Berita yang kemudian berubah menjadi gosip murahan. Ya, mulut kalian memang suka barang murahan. Atau perlu kubilang mulut kalian murahan? Hahaha, tidak perlu kurasa, kalian harusnya sudah sadar.