Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Iblis Jatuh Cinta

Diperbarui: 1 April 2017   08:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: alphacoders.com

Sebuah kesalahan yang tidak bisa diterima iblis-iblis lain. 

Pagi itu aku mencabik-cabik awan lalu menghamburkannya menjadi hujan kecil-kecil yang turun dan mendinginkan tenah-tanah tandus. Seorang lelaki yang tinggal di Negeri Bawah Angin itu tidak boleh kehausan dan tersiksa – dia lelaki yang telah aku selamatkan sebanyak tiga kali saat perang saudara pecah di tanah tinggalnya.

Di bumi bawah sana natal akan segera tiba. Malaikat akan terus sibuk mencatat doa-doa pengabul harapan dan iblis sepertiku akan direpotkan oleh tugas besar setelah Rapat Kegelapan selesai.

Bulan lalu para petinggi neraka memilihkanku untuk bertugas di Hell On Earth – di belahan bumi Asia Tenggara sebagai Ketua Divisi Pencucian Uang. Sedang selama sebulan ini mereka mengirimku ke tanah tandus di Negeri Bawah Angin untuk memperbanyak serpih-serpih dosa. Seharusnya aku pulang dengan membawa Cumlaude untuk mendapat tanda kehormatan dan perpanjangan sertifikat kekekalan pada malam anugerah yang akan berlangsung dua pekan lagi, tepatnya sebelum hari Valentine tiba di bumi.

-Cencz, aku sempat melihatmu menyentuh awan. Aku telah mendahuluimu sejauh dua mil. Segeralah berangkat ke rapat sebelum Ketua Dewan memberi putusan untuk menghanguskan lima puluh tahun kekekalanmu. Hanzer.-

Aku baru saja mengibaskan sayap hitam iblisku saat kedua tanganku menerima email itu. Hanzer mengingatkanku untuk segera menuju tempat rapat, di pemujaan hitam terbesar, di dasar neraka.

Aku terlambat selama dua setengah detik, saat itu Ketua Dewan tengah memulai pemujaan untuk roh tertinggi yang mencintai dendam, penyiksaan, eksploitasi seksual, kebohongan, pencucian uang dan kekejaman. Kami memanggilnya “Kaisar Iblis”.

Terpaksa, landing force. Semua iblis tak mendapat ijin melandas di ruang rapat saat pemujaan, mungkin satu menit dua puluh tiga detik lagi pemujaan akan selesai. Aku mengibaskan sayap pelan-pelan di dekat jalan nirwana, saat itu kedua malaikat penjaga gerbang sedang berdiskusi dengan bijak.

“Tahun ini Kau akan lebih sering menutup jalan utama untuk jiwa-jiwa yang baru lepas, Swetch.”

Malaikat cantik dengan lingkaran bunga sakura yang berputar-putar di atas kepalanya itu membuka buku putih setebal lima puluh kaki yang berisi nama-nama pendatang baru selama satu hari. Satu hari kami terhitung satu tahun bagi manusia di bumi.

“Mereka para pendosa akan terlempar dengan kasar dari catatan yang dituliskannya, lewat raga-raga yang malang, Veem.” Malaikat satunya menjawab, cahaya tubuhnya menyudut lembut mulai menyorot lekuk tubuhku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline