Lihat ke Halaman Asli

Menatanya Kembali

Diperbarui: 26 Juli 2016   20:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Dari jauh, dalam penantian itu, 

Aku mempercayaimu seperti kemarau yang mempercayai musim hujan
Bersama daun dihempasan angin aku memaksa menetap diranting kering
Berlalunya debu yang diterpa hujan aku memahamimu sebagai embun saat pagi datang 

Menjadikanmu lilin saat matahari tenggelam
Menuliskanmu dalam bait yang tertata indah

Aku menyukai kita seperti saat mengalunkan jemari menyusun kata
Membanggakannya saat Tuhan mengisyaratkan "Jangan"
Bersama keringnya embun di kemarau panjang
Aku menjadikan kita sebagai kenangan 

Tak selama waktu yang merubah batu menjadi pasir
Tak secerah saat matahari bangun dan mendaki ke langit
Menjadikanmu lilin yang harus kutiup
Menuliskan keindahan yang harus kuhapus

Saat waktu mengubah jalannya angin
Dan angin mengubah kepercayaanku hingga terkikis habis
Kamu yang pergi bersama angin membuatku berkaca tentang kerasnya fakta
Kita, aku tak mampu menatanya kembali...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline